Mohon tunggu...
Harlinton Simanjuntak
Harlinton Simanjuntak Mohon Tunggu... Administrasi - Disciple

Gunung itu tempat terindah merefleksikan keagungan Sang Pencipta. Ayo daki gunung....

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Perulangan sebagai Pola Mengajar Menurut Ulangan 6:7-9

29 Juni 2024   11:56 Diperbarui: 29 Juni 2024   12:22 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perulangan sebagai Pola Mengajar

Mengajarkan setiap perintah Allah berulang kali adalah cara terbaik untuk menunjukkan kasih kepada Allah. Dalam mengajarkan segala perintah Allah kepada anak cucu mereka, Musa menekankan pola mengajar dengan pola perulangan. Musa mendorong mereka untuk mengulangi segala perintah Allah kepada anak cucu mereka secara teratur. 

Dalam pengajaran ini, Musa memberika metode perulangan sebagai metode mengajar yang dilakukan melalui tiga elemen penting: membahasnya dalam setiap situasi dan kondisi, berkolaborasi atau bersekutu dengan Allah, dan menjadikan perintah Allah sebagai norma hukum dan moral yang mengatur kehidupan sosial mereka baik di dalam keluarga maupun di dalam masyarakat. Orang-orang Kristen adalah umat yang memperoleh anugerah kasih Allah melalui karya penyelamatan Yesus Kristus; mereka juga adalah orang-orang yang percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Oleh karena itu, pola perulangan dalam mengajar juga harus diterapkan pada orang-orang Kristen masa kini. 

Sebagaimana orang Israel selalu mengajarkan anak-anak mereka dengan metode perulangan melalui tiga elemen tersebut, orang Kristen juga harus mengajarkan anak-anak mereka tentang kasih Allah yang diberikan-Nya kepada mereka melalui karya Anak-Nya Yesus Kristus dengan mengikuti metode tersebut. Orang tua Kristen juga harus menyadari bahwa mereka juga memiliki tanggung jawab untuk mengajarkan kasih Allah kepada anak-anak mereka di dalam Yesus Kristus. Sebagaimana diungkapkan dalam konsep perulangan sebagai metode mengajar, orang tua Kristen juga harus mengajarkan kasih Allah secara berulang-ulang. Sebagaimana orang Israel harus mengajarkan segala perintah Allah dalam setiap keadaan, orang Kristen juga harus mengajarkan kasih Allah di dalam Yesus Kristus dan perintah-perintah-Nya kepada anak-anak mereka dalam setiap keadaan. Mereka juga harus mendorong anak-anak mereka untuk bertindak seperti yang mereka lakukan. Setiap orang tua Kristen (juga disebut sebagai orang percaya) memiliki kewajiban untuk menyampaikan kasih Allah kepada anak-anak mereka. Selain itu, mereka harus memberi tahu orang lain tentang kasih Allah dalam kehidupan sosial mereka. Yesus Kristus telah melakukan ini melalui karya Roh Kudus. Karena itu, orang Kristen harus sadar dan tekun melakukannya. 

Di dalam Yesus Kristus, orang Kristen juga harus menjalani kehidupan yang bersekutu kepada Allah. Orang tua harus menjadi contoh bagi anak-anak mereka dalam hal ini. Baik hubungan pribadi dengan Allah maupun hubungan keluarga dengan Allah. Salah satu cara orang tua dapat mengajarkan kasih Allah kepada anak-anak mereka adalah melalui ibadah keluarga. Melalui ibadah ini, orang tua memiliki kesempatan untuk membangun hubungan yang semakin dalam dengan anak-anak mereka dan mengajarkan mereka tentang segala jenis kasih Allah yang telah ditunjukkan-Nya melalui Yesus Kristus. Orang tua Kristen dapat membangun ibadah keluarga yang berkualitas, rutin, dan terjadwal. Kasih Kristus harus terwujud di dalam kehidupan setiap keluarga Kristen. Di dalam kasih-Nya, Kristus telah memberikan pengajaran etis kepada umat-Nya sebagaimana yang dinyatakan dalam khotbah-Nya di bukit (lih. Mat. 5 -- 7). Orang Kristen juga harus menetapkan kasih Kristus sebagai standar dalam kehidupan sosial mereka baik di dalam keluarga maupun di dalam masyarakat. Ini berarti bahwa orang Kristen harus terus menguji segala sesuatu yang mereka lakukan agar sesuai dengan tuntutan etis Allah, yang telah diberikan kepada umat-Nya melalui pengajaran Yesus Kristus. Dengan demikian, tuntutan etis ini harus dilaksanakan dalam kehidupan sosial mereka di zaman modern yang begitu kompleks. Mereka tidak boleh lalai untuk melakukannya. Untuk menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, diperlukan ketekunan dan kesungguhan.

Referensi:

[1] "Hasil Sensus Penduduk (SP2020) pada September 2020 mencatat jumlah penduduk sebesar 270,20 juta jiwa," Badan Pusat Statistik, n.d., n. Diakses 9 April 2024, https://www.bps.go.id/id/pressrelease/2021/01/21/1854/hasil-sensus-penduduk--sp2020--pada-september-2020-mencatat-jumlah-penduduk-sebesar-270-20-juta-jiwa-.html#:~:text=Abstraksi-,Hasil Sensus Penduduk (SP2020) pada September 2020 mencatat jumlah penduduk.

[2] Badan Pusat Statistik, "Berita Resmi Statistik: Keadaan Ketenagakerjaan Indonesia Agustus 2023," Badan Pusat Statistik 11, no. 84 (2023): 3, chrome-extension://efaidnbmnnnibpcajpcglclefindmkaj/https://webapi.bps.go.id/download.php?f=3/1MsO3AKl6BNrUvobjKAn8pMZly1YoVmw0odiQznePp1Bg2TR+Z6TiCXo5og4GA1r+1PqSu3k3NCaf8VlWu3Czwclhvf/Q9/W+cWed4Otnuiyarf34QW0dfilmv+zrTyRUegeCa4AVGlqIt5J43pwvxJS/+lUyYDS/.

[3] Badan Pusat Statistik, 12.

[4] Carolina Etnasari Anjaya et al., "Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Keluarga Kristen Sebagai Upaya Menghadapi Pengaruh Sekularisme," Dunamis 7, no. 1 (2022): 125, https://doi.org/10.30648/dun.v7i1.660.

[5] Edwin Gandaputra, Jefri, dan Ananda Wulan Sari, "Internalisasi Nilai-nilai Teologis Shema Yisrael dalam Pendidikan Orang tua yang Menumbuhkan Iman Kristen Anak di Era Disruptif," Teruna Bhakti 5, no. 1 (2022): 74.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun