Mohon tunggu...
Harlinton Simanjuntak
Harlinton Simanjuntak Mohon Tunggu... Administrasi - Disciple

Gunung itu tempat terindah merefleksikan keagungan Sang Pencipta. Ayo daki gunung....

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kristen Progresif: "Gagal Nalar" Memahami Kekristenan!

22 April 2024   21:08 Diperbarui: 22 April 2024   22:36 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sepanjang sejarah kekristenan, orang-orang Kristen kerapkali berhadapan dengan pengajaran-pengajaran yang "kurang sehat" atau "sesat". Kristen progresif tengah menjadi sorotan publik khususnya dikalangan orang Kristen Indonesia akhir-akhir ini. Muncul berbagai reaksi terhadap Brian Siawarta yang mengajarkan dan memperkenalkan kepada publik mengenai Kristen progresif. 

Mulai dari para pendeta, teolog, dan orang awam memberikan perhatiannya untuk mengkomentari pengajaran Kristen progresif.
Pada podcast Safe Space, Brian Siawarta berbincang-bincang dengan Yerry tentang Kristen progresif. Pada kesempatan ini saya akan mengkomentari pandangan-pandangan Brian dan Yerry tentang Kristen progresif. Sumber yang menjadi rujukannya dapat dilihat di laman berikut ini https://www.youtube.com/watch?v=nSyHidl00XQ dengan judul "KRISTEN PROGRESIF!? DIBILANG SESAT, YESUS PUN JUGA!! Brian Siawarta Yerry Safe Space ep 40"

Di menit 4:34 -- 4:42,  Brian berkata: "Inti dari cara pikir kekristenan progresif ini adalah untuk mempertanyakan, selalu mempertanyakan kenapa kita percaya apa yang kita percaya."

Cara pikir Kristen progresif yang dimaksud Brian jelaslah cara pikir yang keliru. "Mempertanyakan kenapa kita percaya apa yang kita percaya" sesungguhnya ini menegaskan bahwa dia tidak tahu apa yang dipercayainya dan dia tidak benar-benar percaya terhadap apa yang dipercayainya. Sesungguhnya dia sedang membohongi dirinya sendiri bahwa dia percaya terhadap sesuatu.

Di menit 7:38 -- 10:47, Brian berkata: "Di abad ke-21 interpretasi kekristenan dimasuki postmodernism, postmodernism itu cara kita berpikir di hari ini, keluarlah yang namanya kekristenan progresif, jadi cara pikirnya sederhana, pertama adalah kita selalu mempertanyakan semua yang dibilang kebenaran ... dan ... bentuk utama kekristenan progresif adalah yang paling diangkat paling tinggi itu bukan Alkitab ... kekristenan progresif ... yang gua percaya, ... gua tidak percaya bahwa Alkitab tidak pernah salah ... Alkitab itu ... sering mengkontradiksi dirinya sendiri ... contoh ... Tuhan memberikan Daud satu laki, isterinya ada delapan, di Alkitab yang sama Salomo satu, isterinya sama selir-selirnya seribu, jadi yang mana yang benar? kekristenan progresif ... mengerti dan melihat bahwa Alkitab pun sering bertabrakan, bahwa tidak semuanya itu menjadi satu patokan yang selalu dipakai Tuhan di setiap waktu dan artinya semua itu kita harus melihat buku itu sebagai buku yang mungkin diinspirasi oleh Tuhan tapi ditulis oleh manusia dan tidak bisa menjadi patokan hitam putih kayak kunci sorga itu bukan di dalam buku yang namanya Alkitab, tapi semuanya bisa ditafsirkan secara progresif, progresif artinya selalu diperbarui, jadi hari inipun kita bisa mempertanyakan berlaku atau ngak? beneran seperti itu atau ngak?"

Kalau Brian mengatakan bahwa Kristen progresif keluar dari cara berpikir postmodernism dengan "mempertanyakan semua yang dibilang kebenaran", sadar atau tidak sadar sesungguhnya dia telah membuktikan sendiri bahwa Kristen progresif itu tidak benar. Dengan mempertanyakan kebenaran itu berarti dia tidak menerima ada kebenaran dan benarlah bahwa cara berpikir postmodernism bertolak dari pemikiran yang menyatakan bahwa tidak ada kebenaran sejati, kebenaran hanya berdasarkan kebenaran pribadi bukan kebenaran yang hakiki. 

Tidak mungkin ada kebenaran di dalam pemahaman Kristen progresif kalau para penganutnya mempertanyakan kebenaran itu sendiri. Tidak mungkin mereka memperkatakan kebenaran karena mereka tidak memiliki kebenaran, sebab mereka mempertanyakan kebenaran itu sendiri. Kebenaran adalah kebenaran, justru segala sesuatu diuji oleh kebenaran bukan kebenaran yang diuji ketidakbenaran.

Keyakinan Brian bahwa Alkitab tidak pernah tidak salah dengan mengatakan bahwa Alkitab kontradiksi dengan dirinya sendiri dengan memberikan contoh bahwa "Tuhan memberikan Daud satu laki, isterinya ada delapan, di Alkitab yang sama Salomo satu, isterinya sama selir-selirnya seribu" ini adalah tuduhan yang serius dan sesat. Alkitab adalah Firman Allah. 

Alkitab itu penyataan khusus yang Allah berikan kepada manusia supaya manusia dapat mengenal Allah sejauh mana Allah menginginkan manusia dapat mengenal-Nya. Firman Allah tidak pernah salah. Yohanes 1:1 berkata "Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah." 

Firman Allah adalah Allah dan Allah tidak pernah salah. Oleh sebab itu, Alkitab tidak pernah salah bukan tidak pernah tidak salah. Contoh yang diberikannya juga salah. Allah atau Tuhan tidak pernah memberikan kepada Daud dan Salomo isteri lebih dari satu akan tetapi Daud dan Salomo sendirilah yang memilih untuk memiliki banyak isteri dan perbuatan mereka dihadapan Tuhan adalah perbuatan dosa. 

Allah membiarkan Daud dan Salomo memiliki banyak isteri bukan berarti Dia yang memberikannya akan tetapi hal itu diizinkan-Nya terjadi karena Allah bukanlah Allah yang mendikte ciptaan-Nya akan tetapi Dia memberikan kehendak kepada manusia untuk memilih dan menentukan apa yang dikehendakinya akan tetapi yang perlu diingat bahwa kehendak manusia yang tidak sesuai dengan kehendak Allah memiliki konsekuensinya sendiri. Allah tidak akan pernah membiarkan dosa mempermainkan Allah melainkan murka-Nya menyala-nyala terhadap setiap perbuatan dosa dan kejahatan.

Di menit 11:29 -- 12:17, Yerry berkata: "Kalau dari pandangan gua, semua akan, semua source kebenaran itu akan menjadi, apa ya, bahan dasar untuk kontekstual setiap personal pribadi dan itu berbeda-beda ... tapi source nya satu ... sehingga semua orang rasanya gak bijak kalau diberhanguskan kemerdekaannya berprogresif. Baik itu dia benar atau salah itu tidak bisa dilembagakan ... dan gak bisa dijustifikasi karena dia progresif."

Pandangan Yerry terkait dengan Kristen progresif jelas-jelas adalah pandangan yang salah. Kebenaran pada dasarnya telah dilembagakan oleh Allah. Allah dalam sejarah keluarnya bangsa Israel dari perbudakan Mesir telah melembagakan kebenaran itu sendiri dengan memilih Israel menjadi umat-Nya dan memberikan Taurat untuk mereka taati oleh karena Allah yang adalah kudus, menghendaki agar umat-Nya hidup kudus. Kekudusan Allah adalah kebenaran dan kebenaran itu dilembagakan-Nya kepada umat-Nya. Tatkala umat-Nya tidak hidup kudus, maka Allah menghukum (justification) umat-Nya.

Di menit 16:01 -- 16:33, Yerry berkata : "Gua pemikiran gini ... misalnya gua menggembalakan lo, oke, benar gak kalau tujuan utamanya Tuhan langsung bisa gembalain lo? itu tujuan gua menggembalakan lo ... kalau Tuhan sudah berhasil menggembalakan lo secara langsung sebagai tujuan gua, tugas gua apa? ... makanya jangan, nanti gua gak ada tugasnya."

Yesus memberi perintah dalam Yohanes 21:15-19 dalam percakapan-Nya dengan Petrus, bahwa Yesus berkata "Gembalakanlah domba-domba-Ku" dalam perikop ini jelaslah bahwa penggembalaan atau pemuridan adalah amanat Tuhan Yesus kepada setiap orang (murid-Nya) untuk menggembalakan domba-domba-Nya. Justru Allah memakai umat-Nya atau murid-Nya untuk menjadi rekan sekerja-Nya di dalam menggembalakan umat-Nya. Bukan berarti Allah tidak sanggup menggembalakan umat-Nya secara langsung akan tetapi Allah menghendaki agar umat-Nya bekerja bagia Dia untuk mendatangkan kerajaan-Nya di dunia ini.

Di menit 17:44 -- 18:10, Yerry berkata: "Dalam pemuridan yang efektif kata kuncinya adalah saling, yang kita bangun ni, gua ama lo bangun, saling, gua gak menempatkan sebagai mentor, karena kalau gua menempatkan sebagai mentor ... gua di atas, lo di bawah, tidak ada pertumbuhan signifikan akan terjadi ... karena suatu saat gua juga butuh lo."

Pada bagian ini Yerry menunjukkan "kedunguan" nya dalam berpikir. Dia membuat hirarki antara seorang gembala dengan yang digembalakan. Dia telah gagal memahami cara berpikir pemuridan Kristen sejati. Justru pemuridan dalam kekristenan itu bersifat egaliter, fungsi mentoring dalam pemuridan bersifat fasilitator. 

Rasul Paulus dalam suratnya kepada jemaat Korintus dalam 1 Kor. 3:6 berkata "Aku menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah yang memberi pertumbuhan." Dari ayat ini jelaslah bahwa pertumbuhan iman seseorang bukan tergantung pada siapa mentornya, pendetanya, atau gembalanya, melainkan pada pengalaman imannya bersama Allah. 

Lantas apa fungsi mentor atau gembala atau pendeta? Mereka adalah alat ditangan Tuhan untuk menyampaikan apa yang Allah kehendaki kepada setiap orang. Roma 10:14-15 mengatakan "Tetapi bagaimana mereka dapat berseru kepada-Nya, jika mereka tidak percaya kepada Dia? Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika mereka tidak mendengar tentang Dia. Bagaimana mereka mendengar tentang Dia, jika tidak ada yang memberitakan-Nya? Dan bagaimana mereka dapat memberitakan-Nya, jika mereka tidak diutus? Seperti ada tertulis: "Betapa indahnya kedatangan mereka yang membawa kabar baik!" Dari ayat ini jelaslah bahwa orang-orang yang dipilih dan dipakai Allah sebagai mentor, pendeta, atau gembala dalam pemuridan Kristen sejati adalah alat Tuhan untuk membawa kabar baik, karena kedatangan mereka dinantikan oleh banyak orang.

Di menit 29:10 -- 29:18, Yerry berkata: "Gua mempercayai orang bisa bertumbuh di luar gereja karena pertumbuhan source nya dari Tuhan, instrumennya gereja."

Yerry kembali gagal memahami makna sesungguhnya dari gereja. Gereja bukan hanya instrument akan tetapi gereja adalah karya Allah. Gereja adalah perkumpulan orang percaya yang bersifat dinamis yaitu dimulai oleh inisiatif Allah lalu direspons oleh orang percaya.[1]  Gereja memiliki keunikan karena gereja lahir atas inisiatif Allah, disucikan oleh Allah, lalu Allah memberkati dan memperlengkapi gereja berdasarkan kebutuhannya, setelah itu Allah mengutus gereja menjadi berkat bagi dunia dan menjadi rekan sekerja-Nya.[2]  Dengan demikian, sesungguhnya Allahlah yang aktif menjadikan atau mendirikan sebuah gereja, sementara orang percaya pasif, meskipun demikian kepasifan orang percaya tetap melibatkan partisipasi dengan merespons tindakan Allah. 

Amsal 27:17 berkata "Besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya." Justru di dalam gerejalah orang percaya mengalamai pertumbuhan iman, sebab tidak mungkin seseorang dapat mengetahui apa yang dia perbuat benar atau salah bilamana tidak ada orang lain yang menilainya. Justru orang lain menjadi sarana yang Allah pakai untuk menyatakan penilaian-Nya terhadap seseorang melalui persekutuan.

Di menit 29:44 -- 29:51, Yerry berkata: "Tetap datang ke Yesus sekalipun lo belum bisa datang ke gereja ... itu masalah progresif."

Pemikiran Yerry ini liar dan berbahaya. Amsal 29:18a berkata "Bila tidak ada wahyu, menjadi liarlah rakyat." Bagaimana seseorang dapat mengalami pertumbuhan di dalam Yesus sementara dia tidak mau bersekutu di dalam gereja yang adalah karya Yesus di dalam Roh Kudus. Ini suatu pemikiran yang "dungu" dan "sesat" serta "liar".

Di menit 30:22 -- 30:44, Yerry berkata: "Kalau menurut gua Yesus itu, Dia lebih memilih percaya dibanding ngontrol ... itu yang sulit diterima tuh, karena buat banyak orang control lebih penting dari percaya, makanya harus memastikan semua berjalan seragam, semua berjalan harus ada tokoh sentral baru pertumbuhan bisa terjadi."

Yerry kembali memperlihatkan "kedunguan" nya dalam berpikir. Allah di dalam Yesus bukan saja menghendaki manusia percaya akan tetapi Dia juga mengendalikan atau mengontrol segala sesuatu yang terjadi di bawah kolong langit ini. Allah juga bukan menghendaki keseragaman di dalam gereja-Nya melainkan di dalam keberagaman tercipta kesatuan dan persatuan. Pernyataannya bahwa "Semua berjalan harus ada tokoh sentral baru pertumbuhan bisa terjadi" adalah pernyataan yang sesat dan gagal nalar. 

Dia menunjukkan sendiri bahwa sesungguhnya dia yang gagal dalam memahami peran seorang gembala, pendeta, atau mentor di dalam gereja. Dari pemahaman dia ini justru dia menunjukkan bahwa dia mengkultuskan jabatan di dalam gereja. Yang pada dasarnya Alkitab tidak mengajarkan demikian. Para pendeta, gembala, mentor hanyalah alat Tuhan dan bukan menjadi sumber pertumbuhan di dalam gereja.

Berdasarkan apa yang telah saya uraikan di atas dapat disimpulkan bahwa pengajaran mengenai Kristen progresif adalah pengajaran yang sesat dan gagal nalar memahami dasar iman Kristen yang sejati. Kekristenan progresif seharusnya dipahami sebagai suatu kemajuan di dalam pertumbuhan iman bukan "kemajuan" di dalam menginterpretasikan Alkitab sehingga menjadi liar dan tidak alkitabiah.

Referensi:
[1] Andreas Untung Wiyono dan Sukardi, Manajemen Gereja: Dasar Teologis dan Implementasi Praktisnya, ed. oleh Saur Hasugian (Bandung, Jawa Barat: Bina Media Informasi, 2010), 39.
[2] Yakub B. Susabda, Prinsip-Prinsip Pertimbangan Utama Dalam Administrasi Gereja, 9 ed. (Malang, Jawa Timur: Gandum Mas, 2006), 24–25.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun