Mohon tunggu...
Harli Muin
Harli Muin Mohon Tunggu... Pengacara - Pemerhati Sosial

Saya mulai tertarik dengan masalah-masalah sosial, anti korupsi pembangunan, lingkungan hidup dan keamanan masyarakat, ketika saya masih kecil menyaksikan kampung di sulawesi tengah, terpencil, dimana saya lahir dan besar terkena banjir bandang dan saya menyaksikan bagaimana bencana itu menghancurkan semuanya dalam hitungan jam. Kehadiran sejumlah perusahaan HPH dan tambang menambah beban terhadap dampak yang disebabkan atas kemarahan alam itu. Kami kehilangan banyak sekali. Padahal kampung ini sebelumnya damai, tenteram jauh dari hiruk pikuk kota. Pilihan inilah yang kemudian menjadi karier saya dan menulis pesan damai yang berhubungan masalah-masalah tersebut di atas. Semoga kita bisa berbagi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kujadian Dengannya

24 Mei 2020   20:06 Diperbarui: 24 Mei 2020   20:10 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lalu, dengan wajahnya lonjong dengan lesung pipi, ia  senyum dan menjawab, " ia bisa pak," katanya. 

Namun ia menambahkan lagi, "bapak harus bersabar sekitar 30 menit ya," katanya.\

Namun, bukan dokumen yang menjadi perhatian saya, tetapi  pandangannya ke arah ku semakin menunjukkan  sorotan matanya yang tajam, make up mata kelihatan alis tebal, bulu matanya kelihatan tebal, sesekali ia menggigit bibirnya yang merah muda dan memainkan lesung pipi nya. Kesemuanya sangat memikat ku.

Namun saya sesekali menoleh ke kiri dan kenan melihat orang disekitar apakah ada orang yang sedang mengintipku memperhatikan gadis itu. Ternyata saya tak melihatnya, karena sahutan suara kecurangan Pilkada terdengar di semua sudut ruangan. 

Kemudian saya mulai memperhatikan Rambut yang panjang jatuh di bokong yang sempurnah, dan cara menyampaikan kata kepadaku dengan percaya diri.

"Lalu aku Tanya, bisa tahu namanya, de," tanyaku.

"Raisa," tegasnya,

Senyum, kepercayaan diri, risk take Raisa  menambah kesempurnaan kesukaanku padanya. Saya sangat suka padanya.

Lalu ia menyerahkan dokumen itu padaku, sembari saya membuka dokumen itu lembar perlembar, saya terus memperhatikan gerak bokongnya dan rambut panjangnya, saya tak memfokuskan diri pada bahan pokok yang saya butuhkan dari dokumen itu, sama sekali hilang konsentrasi karena kagum melihatnya. 

 

Karena kewajiban saya, menyediakan informasi penting, lalu saya pamit dengannya meninggalkan gedung merah putih, megah, berlantai dua itu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun