Mohon tunggu...
Harkit Sihombing
Harkit Sihombing Mohon Tunggu... Teknisi - HMPS

Setiap tangan menciptakan kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Menyelimuti Jiwa

14 Juli 2019   22:14 Diperbarui: 14 Juli 2019   23:14 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Oleh Harkit M Sihombing

Aku hanya terbata saja setelah lama tak mendengar berita dari kampung. Kedua Orangtuaku sudah meninggal, juga Abangku dua tahun yang lalu. Abangku, dinikahkan ke pariban kami sebagai obat untuk keutuhan kekerabatan antar keluarga. Panjang lebar kami pun bercengkerama, aku ingin mengetahui bagaimana kehidupan kampung yang membesarkanku itu setelah aku tinggalkan. Aku bukakan jendela rumah, biar tak rancu! Betapa, bulan purnama itu masih bersinar saja. Ada yang berseru dari bulan, "Nunga sae be hutonun uloshu," artinya, sudah selesai aku menenun ulosku, membuat lamunanku seketika buyar. Terbayang sipenenun ulos pada bulan itu ialah paribanku ini.

Tetiba....

"Hanya Ulos lah yang layak dibawa di kematian. Masih kah kamu menolak tenunanku ini?" Bisik si Ibu, anak yang membukakan pintu itu. Anak Abangku, yang anakku juga.
Sekelak aku menemukan kunci kehidupan, hidup ini mesti berpakaian.

"Selimuti jiwaku!" Pintanya. Aku pun terdiam.
Paribanku ingin dihampi ( Aku menggantikan posisi Abangku sebagai kepala rumah tangganya).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun