Mohon tunggu...
Harki Tunas Utomo
Harki Tunas Utomo Mohon Tunggu... -

GBU

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sakit Hati

12 Oktober 2010   15:54 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:29 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Orang sulit. Begitulah julukan bagi orang yang mudah tersinggung. Ia sering merasa diejek atau dihina, padahal orang lain tidak bermaksud apa-apa. Ketika kita berbisik-bisik, ia mengira kita membicarakannya. Saat lupa mengucapkan salam atau terlambat membalas SMS, ia pikir kita memusuhinya. Ia bagai kentang berkulit tipis. Sedikit saja tergores, sudah merasa sakit hati.

Sanbalat, Gubernur Samaria (Israel Utara), berambisi menguasai Israel Selatan, termasuk kota Yerusalem. Melihat Nehemia pulang dari pembuangan dan memimpin pembangunan tembok Yerusalem, ia tersinggung. Sakit hati. Dikiranya Nehemia ingin menarik simpati rakyat. Tebar pesona. Sanbalat merasa popularitasnya terancam, padahal Nehemia sama sekali tidak punya itikad buruk. Ia membangun tembok hanya sebagai wujud bakti kepada Tuhan dan bangsanya. Karena hatinya terluka, Sanbalat berusaha balas melukai hati Nehemia. Ia mengejek. Mengolok-olok. Mengeluarkan pernyataan sinis agar para pekerja patah semangat. Upaya itu tidak mempan, sebab Nehemia tidak membiarkan dirinya dikuasai sakit hati. Perkara itu ia serahkan kepada Tuhan, lalu ia pun kembali bekerja.

Apakah Anda cepat tersinggung? Sering salah paham? Rasa sakit hati bisa membuat Anda bersikap membela diri. Ingin balas melukai, padahal belum tentu orang tersebut bermaksud buruk kepada Anda. Orang yang cepat tersinggung akan dijauhi orang! Belajarlah dari Nehemia. Sakit hati tak perlu dibalas dengan menyakiti hati orang, yang terbaik hanyalah dengan mencurahkan isi hati kepada Tuhan.

ORANG YANG HATINYA CEPAT TERLUKA

TANPA SADAR KERAP MELUKAI HATI ORANG LAIN JUGA

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun