Mohon tunggu...
Harki Tunas Utomo
Harki Tunas Utomo Mohon Tunggu... -

GBU

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mendekap atau Meronta

6 Oktober 2010   00:57 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:41 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suatu pagi seorang ayah mencoba menolong burung gereja yang terluka di depan rumahnya. Digenggamnya burung itu, tetapi ia terus meronta ketakutan lalu terbang sebelum sempat diobati. Sore harinya sang ayah membawa putrinya yang sakit ke dokter. Anak itu pun ketakutan melihat dokter akan memberinya suntikan. Ia mendekap ayahnya erat-erat. Sang ayah memeluk sambil mengusap kepalanya. “Tenang, Sayang. Tahan sebentar,” katanya. Hari itu sang ayah berhasil menolong putrinya yang sakit, tetapi gagal menolong si burung gereja. Sebab si anak mendekapnya di kala sakit, sedang si burung gereja meronta dan meninggalkannya.

Setiap orang bisa merasa sakit hati ketika apa yang ia inginkan tidak kesampaian. Saat doanya tidak dikabulkan Tuhan dan orang sekitar tidak mendukung. Dalam menghadapi kekecewaan, ia dihadapkan dengan dua pilihan. Pertama, bersikap memberontak. Rasa kecewa dan tertolak membuatnya menjauhi Tuhan dan bersahabat dengan dunia. Kadang juga bersengketa dengan mereka yang dianggap menjadi penghambat. Pilihan kedua, mendekat kepada Allah.

Dengan rendah hati ia belajar menerima kenyataan bahwa keinginannya bukan kehendak Tuhan. Cara ini memulihkan, sebab ketika ia mendekat pada Tuhan, Tuhan pun akan mendekat kepadanya. Ketika Tuhan menjawab “tidak”, apa yang Anda lakukan? Apakah hidup yang sulit telah membuat Anda undur dari-Nya? Selama Anda menjauh, hidup tidak akan menjadi semakin baik. Mendekatlah kepada Tuhan, supaya Dia dapat memulihkan Anda dari sakit hati Anda

TIDAK DIKABULKANNYA DOA MENIMBULKAN MASALAH KECIL

TIDAK MENERIMA KEHENDAK TUHAN MENIMBULKAN MASALAH BESAR

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun