Orang miskin. Orang berbaju lusuh, setengah atau hampir telanjang. Anak jalanan. Ada yang sendiri, ada yang beramai-ramai. Dengan tangan terulur dan terbuka. Meminta-minta. Atau bekerja, sekadar pengamen atau menjadi pemulung.
Itulah pemandangan umum yang kita dapati ketika orang-orang mengucapkan kata "miskin". Setiap orang yang melihatnya pasti akan merasakan ganjalan. Ganjalan di akal, budi maupun hati. Setiap orang pasti bertanya-tanya, namun perasaan yang muncul adalah rasa "kasihan". Rasa "kasihan" memiliki bermacam makna. Artinya bisa: (1) sedih dan perih, namun tidak bisa berkata apa-apa; (2) memandang rendah dan meratapi keadaan; (3) sedih dan berempati. Arti "kasihan" (1) dan (2) membuat kita sedih pada suatu peristiwa atau hal, namun kita cenderung menjauhi, menghindar, atau malah membenci hal tersebut. Secara naluriah, hal itu memang wajar karena tidak setiap orang ingin menderita. Jika kita kaitkan dengan memiliki rasa "kasihan" terhadap kemiskinan, maka itu bisa menjadi reaksi umum terhadap kemiskinan. Kemiskinan itu sedih, tapi cenderung dihindari atau dibenci. Siapapun jadi merasa jijik.
[caption id="" align="aligncenter" width="297" caption="sumber: enochmagazine.com"][/caption]
Kemiskinan adalah sebuah hal, yang mampu terjadi dan bisa menimpa siapa saja dan kapan saja. Ketika kita bisa merasa kekurangan atau lelah akan sesuatu, itu juga bisa diartikan miskin. Entah itu miskin ilmu, miskin harta, miskin makanan atau lain-lain. Jika kita sendiri yang mengalami, patutkah kita membenci diri kita karena kita miskin? Derita, dampak dan emosi yang dihasilkan dari kemiskinan itu adalah hal yang cuma bisa dialami kaum manusia sendiri. Hewan dan tumbuhan, walaupun bisa menderita miskin seperti kekurangan makanan, hanya akan meninggal dalam diam. Manusia? Mereka bisa mengeluh, menipu, bahkan membunuh. Kemiskinan tak dapat dipungkiri, masih memiliki dampak positif: (1) belajar untuk lebih rendah hati; (2) membuat kita tak berdaya, sehingga kita selalu berdoa dan memohon rahmat Tuhan; (3) memancing kesempatan untuk belajar ikhlas.
Simpati
Carilah ilmu, bekerja, dan raih cita-cita supaya kau bisa menjadi orang. - Anonim
Empati
Orang miskin tetaplah orang. Orang-orang yang layak diperlakukan sebagaimana saudara, orang tua, dan sanak keluarga. Hormati mereka. Sapalah mereka dengan ramah. Berteman dan kenallah mereka selayaknya teman. Jangan jauhi mereka. Mereka adalah tetangga-tetangga yang menginginkan arisan, lebih dari yang kita bayangkan.
[caption id="" align="aligncenter" width="464" caption="sumber: enochmagazine.com"][/caption]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H