Kini, si kucing tidak mau lagi makan tikus. Ia lebih suka makanan seperti makanan tuanya, yakni nasi, lauk, daging, bahkan kue. Kebiasaan si kucing pun banyak mengalami transformasi dari naluri aslinya. Naluri / insting memburu berubah menjadi bermain. Si tikus yang dulu jadi santapan sehari harinya, kini jadi teman mainya. Kini teori jarring jarring dan piramida makanan tidak lagi berjalan seperti sedia kala. Banyak predator yang hilang/musnah dari kehidupan alaminya. Musnahnya predator itu sebagian diburu oleh manusia karena beberapa hal, mungkin karena mengganggu manusia atau memang sengaja diburu untuk kepentingan manusia itu sendiri. Dengan kata lain munculah predator baru dari jaring-jaring makanan yang bernama manusia, meski yang dimakan bukan dagingnya.
Saat kami kecil (30 tahun lalu), dibelakang rumah kami banyak burung dengan aneka jenis bentuk dan nyanyianya, setiap pagi kami sangat menikmati nyanyian burung-burung itu. Setiap sore kami saksikan gerombolan burung kembali ke tempat tinggalnya. Kini kami tidak lagi bisa melihat dan mendengar kicauanya, yang kami temui hanyalah para predator dengan teknologi tinggi untuk menghadapi burung burung itu. Saying, burung-burung itu tak mampu melawan kekuatan sang predator, bahkan seekor burung harus menghadapi 10 predator berlaras panjang.
Mungkin 30 tahun ke depan, burung-burung itu hanya tinggal gambar. Dan suara-suara yang merdu itu tinggal kepingan CD dan mp3. Ketika semua diukur dengan kesenangan dan keuntungan maka banyak hal yang disingkirkan dan dipinggirkan. Dan hadirnya kesetimbangan baru melahirkan dampak yang lebih luas. Kapan ya perlindungan lingkungan itu ditegakkan, perburuan bebas itu dilarang keras, ….?
Sayapku lelah kugepakkan
Untuk menemukan teman sepermainan
Tak ada lagi ranting untuk bertengger,
Tak ada lagi kawan yang kuajak bernyanyi dan menari