Sudah menjadi kebiasan di keluargaku menggunakan Minyak Kayu Putih Cap Lang Aroma, terutama bagi anak-anakku, anak-anak Generasi Z. Aku menikah tahun 2005, dan pada tahun 2007 lahirlah putra sulung kami. Kami memberi nama untuknya M.Ziyad Shafiq, dengan harapan agar bertambah-tambah kepintaran dan kearifannya sesuai dengan arti namanya. Selanjutnya, pada tahun 2009 lahirlah putra kami yang kedua, untuknya kami beri nama Habibi. Sejak bayi mereka berdua sudah sangat akrab dengan minyak kayu putih aroma. Bagaimana tidak akrab, mereka selalu kami berikan minyak kayu putih tersebut.
Terkait dengan mengggunaan minyak Kayu Putih Aroma, ada ritual khusus yang biasanya kami lakukan. Setelah anak-anak mandi, aku akan meneteskan beberapa tetes minyak kayu putih ke telapak tanganku, lalu melalui media telapak tangan, aku akan menggosokannya ke seluruh tubuh anak-anak sembari memijat badan mereka. Anak-anakku pasti akan menarik nafas dalam setelah proses pemberian #KayuPutihAroma. Mungkin, mereka ingin menghirup aroma segar yang dikeluarkan dari minyak ini, sembari merasakan kehangatan yang mengalir melalui pori-pori kulit. Ritual khusus ini, masih selalu aku lakukan, baik saat pagi hari (anak-anak akan pergi sekolah), sore maupun malam hari di saat mereka akan tidur.
Aku menyakini benar, bahwa anak-anakku sebagai generasi Z memiliki tantangan yang berbeda dengan generasiku (generasi Y). Tantangan tersebut tentunya sesuai pula dengan zaman yang akan mereka lalui. Bila melihat beberapa literatur terkait dengan generasi Z, maka dapat disimpulkan bahwa Generasi Z atau generasi pascamilenial adalah kelompok manusia termuda di dunia saat ini. Mereka lahir dalam rentang 1995 hingga 2009. Di Indonesia, pada tahun 2010 saja jumlah mereka sudah lebih dari 68 juta orang (Sensus, 2010), nyaris dua kali lipat dari generasi X (kelahiran 1965-1976). Dan kini ada sekitar 2,5 milliar generasi Z di seluruh dunia (World Population Estimate, 2015).
Berbagai kajian demografi juga menyatakan bahwa generasi Z cenderung menghargai keberagaman, ingin menjadi agen perubahan, berorientasi pada target, dan senang berbagi (http:tirto.id), berbeda dari kaum milenial atau Generasi Y (Kelahiran 1977-1995). Secara umum ciri-ciri Generasi Z adalah hemat, berpikir terbuka, asyik dengan teknologi, sanggup berkompromi, menghendaki perubahan sosial, dan menyukai kampanye yang kekinian.
Sebagai generasi Z yang multitalenta dan ingin selalu berprestasi, aku hanya melengkapi raihan prestasi mereka bersama Kayu Putih Aroma. Orang tua sepertiku, hanya mampu mengarahkan dan mendorong anak-anak untuk tetap kuat, semangat, sabar dan tawakkal. Generasi Z terkenal memiliki banyak hobi, dan aku sangat senang anak-anakku memiliki hobi yang menarik, yaitu mereka berdua suka pencak silat. Pencak Silat merupakan kebudayaan asli Indonesia. Sebagai kebudayaan dan seni bela diri asli Indonesia, maka sudah sepantasnya diperkenalkan untuk generasi Z.
Dan alhamdulillah, mereka berdua telah berprestasi dalam dunia pencak silat pada usia sekarang ini. Anakku yang sulung, M.Ziyad Shafiq pada bulan Maret 2017 yang lalu, meraih prestasi menjadi Juara I Pencak Silat, untuk tingkat SD/MI sederajat Se-Kabupaten Sleman Yogyakarta, lalu pada bulan Juli 2017, ia Juara III tingkat SD/MI Sederajat pada acara YogyaChampionship I, khusus untuk kelas berat badan 50 Kg, dan pada bulan Oktober 2017, ia meraih Juara II pada acara YogyaChampionship II, untuk kelas yang sama (50 Kg). Sementara itu, Adiknya Habibi Juara I Pencak Silat, tingkat SD/MI sederajat pada YogyaChampionship II, di kelas  44 Kg.
Aku sangat bangga kepada mereka, disaat usia yang masih belia, mereka telah membuktikan kepada banyak orang, bahwa dengan kesungguhan dan selalu menjalankan hobi dengan gembira dapat melahirkan prestasi yang hebat. Karena itu, setiap mereka latihan pencak silat di sekolah, aku tidak pernah lupa untuk meletakkan Kayu Putih Aroma dalam tas anak-anak. Dan mereka juga sangat senang membawa minyak Kayu Putih Cab Lang. Bagaimana tidak senang membawa Kayu Putih Aroma tersebut, disamping mereka mendapatkan kehangatan yang terasa pas di tubuh, mereka juga dapat menciup aroma yang sangat cocok untuk generasi Z.
Aku masih ingat cerita anak-anak ketika mereka latihan pencak silat beberapa waktu yang lalu. Ceritanya begini, waktu latihan, tiba-tiba Habibi merasa mual mungkin karena terlalu semangat latihan, Lalu kakaknya (M.Ziyad Shafiq) ingat bahwa dalam tas mereka ada KayuPutihAroma, lalu botol minyak itu dibuka dan disuruhnya Habibi menghirup aroma dari minyak Kayu Putih Aroma, sementara minyaknya dioleskan di sekitar dada, kening, dan dahi Habibi. Selanjutnya yang terjadi, berangsur-angsur Habibi pulih dan tidak mual lagi.
Kayu Putih Aroma tidak saja memiliki kehangatan dan aroma yang pas, tetapi juga menambah kepercayaan diri anak-anak untuk meraih prestasi mereka. Dan sebagai orang tua aku akan selalu  melengkapi raihan prestasi mereka bersama Kayu Putih Aroma.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H