Tulisan ini tidak bermaksud mendeskreditkan para penulis buku-buku teks pelajaran Biologi. Saya juga menyadari bahwa mainstream disiplin ilmu ini masih menganggap bahwa teori evolusi adalah dianggap satu-satunya alternative yang diterima di dunia pengetahuan.
Kurikulum pendidikan memang mengharuskan teori evolusi sebagai pendidikan yang wajib di ajarkan khususnya di sekolah menengah atas dan perguruan tinggi khususnya di Jurusan Biologi.
Melalui tulisan ini saya mencoba untuk mengemukakan pandangan yang berbeda tersebut. Kebetulan buku yang saya amati adalah: Biology 3B for Senior High School Grade XII Semester 2 yang diterbitkan oleh ESIS, Agustus 2011, ditulis oleh orang-orang yang saya hormati karena dedikasinya terhadap dunia pendidikan.
Buku ajar pada jilid ini lebih menitik beratkan pada pembahasan Teori Evolusi. Sebagaimana dikusi saya dengan seorang dosen Biologi di Bandung, yang saya kenal dengan usahanya untuk menghapus teori ini dari kurikulum pendidikan Biologi, yang sempat menjadi polemik beberapa tahun lalu di sebuah harian Kompas. Saya sendiri lebih menyarankan, bahasan teori evolusi tetap diajarkan, tetapi dalam setiap pembahasan tema ini di buku-buku pelajaran, dimasukan juga pendapat-pendapat ahli lain yang menentangnya.
Sayangnya, hingga saat ini pendapat yang menentang tidak pernah ditulis di buku-buku ajar tersebut. Anak-anak adalah lahan subur untuk suatu indoktrinasi yang saya anggap bisa menyesatkan yang berujung tidak percaya kepada adanya “Sang Pencipta”. Sehingga perlu adanya informasi penyeimbang dari pembahasan tersebut.
Hal khusus yang ingin saya bahas pada tulisan kali ini adalah pada halaman 33 dari buku tersebut. “Menurut kalangan evolusionis, teori kreasionisme dianggap tidak valid karena kenyataannya banyak species hidup tidak sekaligus ada pada satu jaman. Misalnya, dinosaurus tidak hidup bersamaan dengan masa hidup manusia. Dinosaurus ada lebih dulu sebelum proses evolusi menghasilkan manusia”.
Saya tidak ingin membahas masalah teori kreasionisnya, karena penciptaan adalah domainnya agama. Kepercayaan tidak membutuhkan bukti-bukti. Kalau pun ada bukti, itu hanyalah pelengkap dari apa yang dipercayai.
Hal yang ingin saya bahas adalah, “Benarkah Manusia tidak pernah hidup sejaman dengan dinosaurus?” Padahal banyak bukti-bukti yang menunjukan bahwa manusia memang pernah hidup sejaman dengan dinosaurus, di antaranya adalah:
Penemuan jejak kaki manusia dan dinosaurus di Sungai Paluxy, Texas
Jejak kaki dinosaurus ini diduga sudah berumur 100.000.000 tahun yang lalu, dan di antara jejak kaki dinosaurus tersebut terdapat jejak kaki manusia. Hal ini membuktikan bahwa manusia itu hidup satu jaman dengan dinosaurus yang hidupnya justru lebih jauh dari manusia-kera yang selama ini dianggap “missing- link”. Anehnya, dunia pengetahuan justru menolak temuan tersebut, hanya karena dianggap tidak mungkin manusia hidup sejaman dengan manusia.
Apa hak mereka untuk menolak temuan tersebut? Penolakan tersebut, jelas menunjukan bahwa kalangan evolusionis anti kebenaran.
Kalangan evolusionis memang punya kepentingan, sehingga temuan tersebut dianggap akan meruntuhkan sendi-sendi teori evolusi yang selama ini dibangun, sehingga mereka perlu untuk menentang dengan alas an-alasan yang tidak masuk akal, di antaranya, mempublikasikan bahwa: Pertama, jejak kaki itu adalah palsu, sebuah karya seniman di masa resesi pada saat itu; kedua, menurut mereka peneliti kreasionis sudah meninggalkan bukti tersebut; ketiga, mempropagandakan bukti tersebut menjadi bukti yang menguntungkan bagi kalangan evolusionis, dengan maksud menggunakan kelemahan itu menjadi kekuatan.
Publikasi tersebut, bisa kita lihat di website: http://www.talkorigins.org. Informasi yang sama juga pernah dipublikasikan oleh Dr. Philip Kitcher dalam Abusing Science .
Sudah lama pendapat-pendapat tersebut dibantah oleh Dr. John D. Morris dalam bukunya “Tracking Those Incredible Dinousaurus”. Bahwa: Jejak kaki dinosaurus dan manusia telah ditemukan untuk pertama kalinya tahun 1908 justru sebelum masa depresi. Morris pun menyatakan bahwa temuan itu adalah asli. Jejak kaki manusia itu, ditemukan di 20 tempat terpisah di sekitar sungai Paluxy.
Mereka menganggap bahwa temuan jejak kaki itu palsu, tetapi anehnya, justru kalangan evolusionis mempublikasikan temuan tersebut sebagai bukti evolusi, sebagaimana di tulis di buku-buku text Biologi perguruan tinggi di antaranya: Biologi Jilid 3 Edisi Kelima, karangan John W. Kimbal, halaman 761.
Ini artinya menggunakan kelemahan menjadi sebuah kekuatan untuk mendukung teori evolusi. Padahal foto-foto karya Roland T. Bird yang dicantumkan tersebut adalah bukti kebenaran jejak kaki dinosaurus, di mana di tempat yang sama juga ditemukan jejak kaki manusia.
Tetapi kalau temuan Paluxy itu dianggap sebagai sesuatu yang palsu, mari kita lihat bukti penemuan lainnya, berikut ini.
Kisah Penemuan “Paluxy” di Kawasan Rusia
Sengaja saya menggunakan istilah “Paluxy” untuk mengingatkan kita, bagaimana sebuah kebenaran penemuan jejak kaki Dinosaurus dan manusia di Sungai Paluxy diputarbalikan oleh kalangan evolusionis. Penemuan itu dianggap palsu hanya karena mereka menganggap bahwa tidak mungkin manusia hidup sejaman dengan manusia.
Penemuan di Rusia ini pernah dipublikasikan oleh harian Sydney Morning Herald tanggal 21 Nopember 1983, yaitu dengan ditemukannya 1500-an bekas jejak kaki dinosaurus dan di antaranya ada jejak kaki manusia. Atas penemuan ini, seorang Profesor Ammaniyazov, Direktur Institut Geologi Turkmenia, mengungkapkan perlu merevisi sejarah umat manusia yang harus diperluas sampai 150 juta tahun.
Kisah penemuan “Paluxy” di kawasan Rusia ini menurut saya sangat penting, karena mereka tidak punya kepentingan terhadap kreasionis. Dan sejauh ini saya belum pernah melihat adanya penolakan dari kaum evolusionis, mengenai ini, kecuali menenggelamkan cerita ini.
Penemuan “Paluxy” Di Kawasan China
Ini adalah temuan yang paling terakhir, sebagaimana lilansir oleh Koran Xinhua, 18 Oktober 2011 yang lalu. Yaitu dengan ditermukannya ratusan jejak kaki Dinosaurus dan Prasasti yang berusia 700 tahun oleh para peneliti dari China dan Amerika ini berlokasi di Linhua Baozhai (Lotus Mountain Fortress) Provinsi Chongqing, China, menunjukkan bahwa manusia pernah hidup sejaman dengan dinosaurus.
Linhua Baozhai yang dalam bahasa China, artinya: Benteng Gunung Lotus. Penelitian ini sendiri bermula dari cerita rakyat tentang bunga teratai di kawasan tersebut. Ternyata bidang gambar yang membentuk teratai itu terkait dengan jejak-jejak kaki dinosaurus, berupa tanda riak dan retak lumpur yang terawat baik. Para ahli itu berpendapat, bahwa, jejak kaki yang berjumlah 350-400 an itu berasal dari empat kelompok dinosaurus, yaitu: dinosaurus jenis predator, dinosaurus berukuran besar, kecil, jejak kaki dinosaurus pincang dan dinosaurus jenis petarung.
Hasil penelitian ilmiah yang ditulis oleh Xing Li-da dari University of Alberta, Adrieanne Mayor dari Stanford University, dan Chen Yu dari Museum Capital ini sudah dipublikasikan di Geological Bulletin of China, Vol 30, No 10, Oktober 2011. Untuk melihat dokumennya bisa dilihat di sini: http://www.xinglida.net/pdf/Xing_et_al_2011_Co-existing_Dinosaur_Tracks.pdf
Penutup
Saya kira penemuan terakhi ini adalah satu-satunya bukti yang paling kuat, yang membuktikan bahwa manusia pernah hidup sejaman dengan dinosaurus. Dan nampaknya para evolusionis tidak bisa berkelit lagi setelah sebelumnya berhasil mengelabui dengan menyebarkan cerita-cerita palsu pada penemuan di Sungai Paluxy. Akankah para evolusionis pun akan mempaluxykan penemuan ini?
Referensi
Kitcher, P. Abusing Science, MIT Press, Massachusetts, 1982
Video
http://www.youtube.com/watch?feature=player_detailpage&v=c44F0csL-DE#t=25s
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H