“Manusia menjadi makin berbeda dari kera leluhurnya karena perkemba ngan otak”
Ernst Mayr (1904 – 2005)
Penelitian baru-baru ini, menyatakan bahwa, volume otak manusia ternyata semakin mengecil, dari 1500 cc menjadi 1350 cc, susut hingga seukuran bola tennis, sebagaimana yang ditulis oleh Kathleen McAuliffe dalam majalah Discover beberapa bulan lalu
Hasil penelitian ini tentu saja mencengangkan bagi kalangan evolusionis. Mengacu pada teori evolusi, khususnya urut-urutan imajiner evolusi manusia, seharusnya ukuran otak manusia, justru akan semakin besar, karena manusia semakin cerdas. Jika kenyataannya mengecil, berarti hipotesis yang mengatakan bahwa manusia berevolusi dari kera adalah sebuah kekeliruan. Hal ini mengacu pada teori yang mengatakan bahwa ukuran volume otaklah yang dijadikan sebagai parameter kecerdasan, untuk menentukan laju perkembangan evolusi pada manusia. Otak yang besar memungkinkan perkembangan seni, sastra, matematika dan sains.
Berdasarkan perkembangan ukuran otak itu pula, Mayr dalam bukunya Evolution is merekonstruksi perubahan dari kera hingga menjadi manusia menjadi 3 tahap, yaitu:
Tahap Simpanse, kera hutan tropis dengan ukuran otak yang kecil; hidup di atas atas pohon, bergerak dari satu pohon ke pohon lainnya dengan cara bergelantungan dan berayun; makanannya berupa buah-buahan dan tumbuhan lunak.
Tahap Australopithecus, tahap savanna berpohon, ukuran otak 430 – 484 cc; dicirikan dengan adanya perubahan habitat, di mana pohon-pohon berjarak semakin jauh sehingga mereka mengadopsi cara berjalan dengan kedua kakinya (bipedal) tetapi mereka tetap tinggal di pohon; bentuk gigi lebih panjang dan keras karena mereka memakan makanan yang lebih keras.
Tahap Homo, tahap savanna bersemak, ukuran otak meningkat berlipat-lipat; dicirikan dengan adanya perubahan habitat, dan semakin sedikitnya pohon-pohon,sehingga hidup dengan tanpa tempat perlindungan; gigi dan geraham menjadi lebih kecil karena proses pelunakan makanan yang dimasak, lengan memendek dan tungkai memanjang.
Selanjutnya, peningkatan ukuran otak tercepat dalam garis keturunan leluhur manusia, terjadi mulai dari Homo. Otak berkembang dua kali lipat dengan semakin meluasnya bagian depan yang membuat manusia dapat membuat keputusan logis. Selengkapnya, laju perkembangan ukuran otak manusia dapat dilihat pada table di bawah.
Meskipun demikian, Mayr sendiri mengaku bahwa pembagian tersebut hanyalah dugaan, sehingga sangat mungkin terjadi kekeliruan (hlm 319).
Persoalannya, seringkali apa yang disebut sebagai dugaan, dan karena yang menduga adalah seorang profesor kenamaan apalagi dari universitas terkenal, Harvard Univerity, dugaannya seringkali dijadikan sebagai fakta kebenaran teori evolusi. Inilah tradisi yang sering terjadi didunia keteorievolusian. Tidak heran, jika buku Mayr tersebut, ketika diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia, judulnya pun berubah menjadi: Evolusi: Dari Teori ke Fakta.
Inilah cara berpikir spekulatif yang diwariskan Darwin kepada generasi penerusnya. Kenyataannya jika dikonfrontir dengan penemuan terbaru sebagaimana dikemukakan oleh John Hawks, antropolog dari University of Wisconsin, terbukti keliru. Menurut Hawk, “penurunan ukuran volume otak ini, bukan berarti kecerdasan manusia semakin menurun, tetapi sebaliknya, semakin cerdas”.
Namun demikian, bukan evolusionis jika tidak mampu berkelit atas penemuan terbaru ini. Seperti biasa, ketika fakta ilmiah menemukan kesalahan dari teori evolusi, maka kaum evolusionis akan memunculkan teori baru lagi, untuk menutup kekeliruan teori yang sudah dibuat sebelumnya. Artinya, kekeliruan sebelumnya ditutup dengan kekeliruan baru, lagi dan lagi.
Inilah teori baru mereka terkait dengan evolusi otak, sebagaimana yang dikemukakan oleh David Geary dan Drew Bailey dari University of Missouri bahwa, “ketika populasi penduduk rendah, ukuran tengkorak membesar. Sebaliknya, ketika populasi manusia meningkat menjadi padat, ukuran tengkorak manusia menjadi menyusut, karena orang tidak harus menjadi pintar untuk bertahan hidup”.
Lebih lanjut dikatakan bahwa, “kenyataan ini bukan menunjukkan bahwa nenek moyang manusia lebih cerdas dari pada kita. Perubahan ini adalah bagian dari adaptasi menusia terhadap lingkungannya, yang menjadikannya semakin efisien”.
Bukankah pendapat ini semakin membingungkan? Padahal sejak semula para penolak teori evolusi sudah mengemukakan pendapatnya bahwa ukuran volume otak, tidak ada kaitannya dengan masalah kecerdasan.
Tetapi para evolusionis pada waktu itu keukeuh bahwa ukuran volume otak ada kaitan dengan kecerdasan. Sehingga dengan dasar ini pula evolusionis berani menyusun urut-urutan imajiner evolusi manusia yang berasal dari kera hingga menjadi manusia sekarang.
Lalu, sekarang?
Tabel: Perjalanan evolusi manusia, berdasarkan ukuran otak
No
Nama
Ukuran Otak (cc)
Usia
Lokasi Penemuan
Tahun
1
Sahelanthropus tchadensis
340-360
7,2 – 6,9 JTS (juta tahun silam)
Chad
2001
2
Ardipithecus kadabba
5,8 – 5,2
Ethiopia
1992
3
Ardipithecus ramidus
4,4 – 4,2
Ethiopia
1992
4
Australopithecus anamensis
4,2 – 3,9
Kenya
1965
5
Australopithecus afarensis
375-500
3,9 – 2,9
Ethipia
1974
6
Kenyanthropus platyops
3,5 – 3,2
Kenya
1999
7
Australopithecus africanus
428-625
2,7 – 2,4
Afrika Selatan
1924
8
Australopithecus garhi
2,6 – 2,4
Ethiopia
1999
9
Paranthropus aethiopicus
2,6 – 2,2
Kenya
1985
10
Homo rudolfensis
526-775
2,5 – 1,9
Kenya
1972
11
Homo habilis
2,5 – 1,6
Tanzania
1962
12
Homo ergaster
1,9 – 1,4
Kenya
1984
13
Homo erectus
1100
1,8 – 20 ribu tahun silam
Indonesia
1891
14
Homo heidelbergensis
600-400 ribu
Jerman
1907
15
Homo neanderthalensis
250-30 ribu
Belgia
1829
16
Homo sapiens
1300-1500
230 ribu - sekarang
Ethiopia
2003
Referensi:
· Mayr, E. 2010. Evolusi dari Teori ke Fakta. Jakarta: KPG
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI