[caption id="attachment_183621" align="aligncenter" width="517" caption="Sampah di pinggir danau Jagara Kuningan Jabar (harjasaputra)"][/caption] Bosan bicara masalah sampah? Mungkin itu yang sering terlontar ketika kita membicarakan masalah sampah. Masalah klasik dari dulu sampai kini yang masih juga menghantui pemandangan di lingkungan sekitar kita. Juga di tempat wisata. Tempat wisata yang tujuannya menarik wisatawan dari luar kota atau dari wisatawan asing untuk meningkatkan devisa dan pendapatan daerah, seringkali masalah kebersihan dan sampah terlupakan. Uangnya berebut tapi kebersihan tidak diperhatikan. Mulai dari jalur transportasi yang menuju tempat wisata tersebut yang kotor, sampah di mana-mana, sampai dengan di tempat wisata yang dituju, sampah masih banyak terlihat. [caption id="attachment_183622" align="aligncenter" width="448" caption="Bagaimana ceritanya ada jemur kasur di stasiun kereta api?"]
[/caption] Foto di atas diambil di stasiun Depok baru, salah satu stasiun padat dan yang banyak digunakan untuk menuju tempat wisata baik di Bogor maupun di wilayah Jakarta. Tapi alangkah kotornya stasiun ini. Terlihat kepulan asap dari sampah yang dibakar dan tak tahu bagaimana ceritanya ada kasur yang teronggok di pinggir rel kereta. Apakah kasur itu dibuang atau lagi dijemur, yang pasti terlihat sekali kumuhnya. [caption id="attachment_183624" align="aligncenter" width="487" caption="Bandara Ngurah Rai di Bali yang terlihat onggokan rongsokan tak terpakai merusak pemandangan (harjasaputra)"]
[/caption] Bukan hanya di stasiun kereta api, bahkan di bandara, dan di Bandara--yang katanya--Bandara Internasional Ngurah Rai Bali, sampah merupakan fenomena yang banyak ditemukan. Lihat saja foto di atas, di saat penumpang pesawat turun disajikan pemandangan yang kurang enak dipandang. Sampah yang berupa rongsokan dari garbarata dan kereta barang yang tak terpakai masih saja dibiarkan penuh di sisi bandara, merusak pemandangan. Bayangkan, yang datang adalah para turis asing, dikemanakan citra wisata kita jika melihat begini. [caption id="attachment_183625" align="aligncenter" width="478" caption="Kondisi pantai yang tak terurus di pantai Amahami Kota Bima (harjasaputra)"]
[/caption] [caption id="attachment_183626" align="aligncenter" width="484" caption="Masih di pantai Amahami yang kurang terurus, sampah di pinggir pantai dibiarkan (harjasaputra)"]
[/caption] [caption id="attachment_183627" align="aligncenter" width="448" caption="Kayu tak terpakai dibiarkan tergolek di sisi pantai Amahami (harjasaputra)"]
[/caption] Ketika saya ke Kota Bima, banyak berhenti di pantai Amahami. Pantai ini merupakan andalan dari Kota Bima, banyak digunakan sebagai tempat nongkrong bagi yang berkunjung ke Kota Bima. Tetapi kondisi pantai sangat tidak terurus. Sampah dari laut tidak dibersihkan. Yang ada bukan menonton keindahan pantai tapi menonton penduduk yang sedang memunguti kerang di sela-sela kotornya sisi pantai. [caption id="attachment_183628" align="aligncenter" width="448" caption="Budaya membuang sampah ke kali masih banyak, kali di Kab Dompu NTB (harjasaputra)"]
[/caption] [caption id="attachment_183629" align="aligncenter" width="464" caption="Pantai Anyer yang masih kotor (harjasaputra)"]
[/caption] Bukan hanya di daerah saja yang kondisi pantainya tidak terurus, di Anyer yang dekat dengan Jakarta pun begitu. Pinggir pantai bahkan di tempat parkir sampah-sampah berserakan. Masuknya saja mahal, per mobil 30 ribu tapi kebersihan tidak diperhatikan. Benar-benar potret buram (dalam arti yang sesungguhnya) wisata kita. Kebersihan di tempat wisata maupun moda transportasi yang menuju ke tempat tersebut harus diperhatikan. Belum lagi jalanan yang sangat jelek menuju Anyer benar-benar menyiksa. Bagaimana orang mau berkunjung lagi jika kondisinya demikian? Menjadi renungan bersama.**[harjasaputra]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Travel Story Selengkapnya