Mohon tunggu...
Harja Saputra
Harja Saputra Mohon Tunggu... profesional -

http://www.harjasaputra.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tolong Kembalikan Anakku..!

2 Mei 2014   23:03 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:56 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1398996102196502676

Cinta tidak bisa dipaksakan. Itu juga yang dirasakan oleh Alya. Meskipun sudah berusaha untuk mendampingi Heru karena lebih cinta pada Nhaya tetapi pertengkarannya dengan Heru selalu mewarnai hari-hari yang dilewati. Tak mampu lagi menahan itu, akhirnya Alya memutuskan untuk berpisah dengan Heru. Rumah tangganya bubar, berujung di meja hijau.

Inilah babak baru hidup Alya yang dirasakan penuh dengan air mata. Perpisahan dengan Heru tidak menjadi masalah, tetapi perpisahan dengan anaknya sendiri, Nhaya, adalah yang terberat. Nhaya dibawa kabur oleh Heru ke luar pulau NTB. Entah di mana ia sekarang berada. Terakhir ia mendapat kabar dari keluarga Heru yang di Mataram bahwa Nhaya dibawa oleh ayahnya ke NTT. Namun tidak diberi tahu di mananya. Keluarga Heru pun seakan bersekongkol untuk memisahkan Nhaya dengan ibu kandungnya sendiri.

Sudah empat tahun berlalu sejak perpisahan dengan Heru, Alya merasakan rindu mendalam pada anaknya. Dapat dibayangkan betapa hatinya hancur ketika mengenang canda-tawa Nhaya. Hanya bisa membayangkan. Betapa pun rindunya pada Nhaya tetapi kenyataan berkata lain: ia terpisah dari Nhaya yang 9 bulan dikandung dalam janinnya dan yang ia jaga sejak kecil.

"Mamah bohong, katanya ayah belum gajian, kok di dompet mamah banyak uang", kenang Alya ketika menceritakan bagaimana Nhaya yang bawel protes pada dirinya ketika ia minta dibelikan baju tapi dijawab dengan alasan belum gajian. Nhaya mengiyakan saja. Anak yang baik dan penurut. Namun ketika ia meminta es krim di saat Alya sedang memasak, ia menyuruh ambil sendiri uang di dompetnya. Seketika Nhaya melihat uang yang Alya lupa sembunyikan.

Air mata Alya tak mampu lagi dibendung ketika mengenang tingkah-laku Nhaya yang menggemaskan. Naluri seorang ibu yang pasti sangat menyayangi anaknya sendiri. Apalagi kalau melihat boneka Pooh ia langsung teringat anaknya, karena Nhaya sangat menyukai Pooh.

Alya sejak berpisah dari Heru kembali ke rumah orang tuanya. Berusaha untuk menata kembali hidupnya. Meskipun masih berharap kembali ke dekapan Affan, tetapi orang tua Affan tidak menyetujui. Karena memang dulu Alya-lah yang mencampakkan Affan. Alya pun sadar diri. Membiarkan kekasihnya untuk hidup bersama orang lain. Meskipun Affan juga masih mencintai Alya tetapi kehendak orang tua tidak bisa dilawan.

Ia kini bekerja di sebuah perusahaan finance di Praya, Lombok Tengah, tak jauh dari rumahnya. Bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan harapan tidak membebani orang tua. Hidup sebagai janda bukan angan-angan yang ia dambakan. Menjadi cibiran orang lain yang selalu memandangnya negatif. Tetapi ia berusaha tegar menjalaninya. Biarkan orang lain mau berkata apa, toh mereka tidak tahu apa-apa tentang dirinya.

"Jadi single parent atau janda itu tidak enak. Selalu dipandang negatif. Apa-apa diomongkan. Padahal mereka tidak tahu apa yang saya rasakan", ujarnya.

Dari hasil jerih payahnya bekerja ia selalu menyempatkan untuk membelikan Nhaya hadiah ulang tahun. Ia antarkan ke rumah orang tua Heru dengan harapan disampaikan pada Nhaya meskipun ia tahu itu mustahil. Ia tahu hadiahnya tidak akan disampaikan. Itu semua dilakukan karena rasa cinta pada Nhaya yang sampai saat ini selalu membayangi benaknya.

"Berpisah dengan Affan, pria yang saya cintai begitu menyakitkan, tetapi lebih menyakitkan lagi berpisah dengan anak saya sendiri yang sudah empat tahun tidak tahu dimana ia berada. Entah sampai kapan. Saya mau anakku kembali..!", ujarnya dengan air mata mengalir di pipi.**[harjasaputra]

--------

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun