Mohon tunggu...
Harja Saputra
Harja Saputra Mohon Tunggu... profesional -

http://www.harjasaputra.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sekelumit Cerita Sisi Kehidupan Tuna Netra

21 Mei 2014   00:56 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:18 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ya Allah, yakinlah pak. Sebejat-bejatnya saya tidak mungkin menggauli anak sendiri".

"Si mantan karyawati yang tuna netra itu sekarang di mana?"

"Kerja di tempat panti pijat di tempat lain lagi. Mungkin di tempat yang menelpon itu".

"Ooh..Begini saja. Tidak usah dilayani. Kalau dilayani apalagi bapak mau menempuh jalur hukum, itu malah tidak baik buat bapak. Pertama, jalur hukum itu tidak gratis. Akan banyak keluar biaya. Kedua, itu hanya trik murahan untuk menjatuhkan Pak Muri saja. Toh dia paling menyebarkan ke sesama tuna netra kan? Tidak mungkin ke publik karena tidak punya bukti. Kecuali orang itu sudah melangkah jauh, baru diambil jalur hukum".

"Oh gitu ya pak..betul juga sih".

Obrolan tentang kasus itu tuntas di situ dan Pak Muri lalu berkata seperti perkataan di awal tulisan. Dari sini saya tahu bahwa persaingan di antara sesama tuna netra cukup tajam.

Pak Muri memiliki panti pijat lumayan besar. Menyewa dua unit ruko tingkat dua yang dijadikan satu. Menurut pengakuannya, tiap hari pelanggan cukup ramai. Panggilan ke perumahan-perumahan pun banyak. Bahkan dia sendiri meskipun sebagai pemilik panti tapi tetap bekerja memijat juga. Pantas saja mungkin rekan-rekan sesama tuna netra yang memiliki bisnis serupa merasa tersaingi.

Pak Muri ini kalau saya nilai dari caranya berbicara: well educated. Contohnya ketika ia bilang bahwa, bagi tuna netra memijat itu lahan subur. Kenapa juga harus mencari dunia lain yang bukan dunianya tuna netra. Misalnya mengamen, apalagi berdagang. Itu bukan dunianya tuna netra. Menurutnya para tuna netra lebih baik fokus saja di dunia pijat. Menurutnya, ia bahkan sering susah mencari sumber daya manusia untuk di pantinya. Sementara ia sering mendengar bahwa para tuna netra banyak yang berdagang kerupuk keliling. Ini bukan berdagang katanya, tapi mengharap belas kasihan orang lain, lalu membeli barang dagangannya. Itu tidak bagus.

Obrolan beralih ke topik lain. Kali ini saya yang bertanya, "Boleh nanya masalah kehidupan tuna netra yang lain tidak pak?"

"Boleh dong pak, masa nanya saja dilarang."

"Saya penasaran bagaimana caranya orang yang tuna netra dari lahir atau dari bayi membayangkan benda sekitar, contohnya wanita cantik deh...bagaimana tuh pak?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun