Mohon tunggu...
Harja Saputra
Harja Saputra Mohon Tunggu... profesional -

http://www.harjasaputra.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kejanggalan pada Soal-soal Ujian SD

5 Juni 2014   17:01 Diperbarui: 20 Juni 2015   05:13 1098
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_309771" align="aligncenter" width="580" caption="Soal anak kelas 1 SD di SDIT Al-Muhajirin (harjasaputra)"][/caption]

Sebagai orang tua, kemarin saya menanyakan kepada anak saya yang sekarang sekolah di kelas 1 SD, tentang bagaimana ulangannya. Kebetulan minggu ini sedang ada ulangan kenaikan kelas. Istilah yang digunakan oleh sekolah adalah "Ulangan Kenaikan Kelas (UKK)" bukan "ujian", meskipun intinya sama.

Tadi malam anak saya dipandu oleh ibunya belajar dari soal ulangan tahun sebelumnya yang diberikan oleh sekolah untuk belajar siswa di rumah. Terlihat serius dan fokus melihat lembar ulangan. Satu per satu soal diisi olehnya. Ada perasaan bangga karena pas saya lihat, ia bisa menjawab satu per satu soal dengan cepat. Tapi ada yang aneh ketika melihat beberapa soal yang diisi. Saya lalu hampiri dan bertanya soal nomor 13 dan 14 seperti pada gambar di atas.

Di soal nomor 13 (gambar di atas menunjukkan gambar jaket) anak saya mengisi "digunakan pada saat cuaca: panas". Saya tanya, kenapa mengisi itu? Dijawab: "Kan tiap hari diantar sama mamah pake jaket, itu kan panas". Jawaban ini pasti disalahkan. Padahal bukan salah siswa yang menjawab tapi salah soalnya. Siswa apalagi yang baru kelas 1 akan menjawab sesuai dengan pengalamannya.

Di soal nomor 14 ini yang benar-benar rancu. Di sampingnya gambar payung, tetapi soalnya, benda di samping biasa digunakan pada: malam hari, pagi hari, atau siang hari. Pilihan jawaban ini tidak relevan dengan pertanyaannya. Kalau dijawab siang hari, terus bagaimana kalau hujannya pagi hari, bagaimana kalau hujannya malam hari. Soal ujian mengajarkan anak untuk tidak berpikir cerdas, alias membodohi.

Soal di atas terjadi pada sekolah swasta yang lumayan berkelas, di SDIT Al-Muhajirin Depok. SD ini di Depok cukup terkenal, bayarannya juga lumayan. Saya sekolahkan anak ke situ tujuannya agar bisa memperoleh pendidikan lebih. SD Negeri bukan jelek, tapi dari pengalaman anak saya yang pertama pelayanan dan perlakuan guru sering tidak manusiawi.

Ternyata, kejanggalan masalah soal ulangan ini bukan hanya terjadi di SDIT Al-Muhajirin, melainkan juga di sekolah yang-katanya-paling mahal di Sawangan Depok, yaitu di SDIT Al-Hamidiyah. Sekolah yang cukup ternama juga di Depok.

Soal ujiannya malah lebih parah, lihat pada gambar berikut:

[caption id="attachment_309780" align="aligncenter" width="486" caption="Soal kelas 5 SD di SDIT Al-Hamidiyah (ft. dari salah seorang orang tua siswa)"]

14019361957619467
14019361957619467
[/caption]

Coba tengok soal di atas. Itu adalah soal untuk kelas 5 SD di SDIT Al-Hamidiyah. Saya peroleh dari salah seorang orang tua murid, yang kebetulan teman dan tetangga saya sekomplek. Ia inbox melalui FB di saat saya posting foto soal dari sekolah anak saya.

Soal di atas luar biasa parah: antara kata tidak ada spasi. Spelling-nya pun amburadul. Saya kira disengaja antara kata tidak ada spasi. Mungkin untuk mengasah kepekaan siswa. Tetapi tidak juga: karena pada kalimat "Nilai yang" ada spasinya, juga pada kalimat "kata sepakat" ada spasinya. Ini memang karena guru atau pihak sekolah lalai, malas mengoreksi soal. Besar kemungkinan di saat mengetik dengan saat mencetak soal microsoft officenya beda versi. Namun efeknya, yang kasihan siswa. Bingung sebingung-bingungnya.

Belum lagi perlakuan guru, yang sama saja di sekolah swasta juga: membentak-bentak pada anak. Ini saya dengar sendiri dari anak saya, bahwa kemarin pada saat ujian banyak anak menangis karena dibentak-bentak guru disuruh buruan mengerjakan soalnya padahal waktu ujian belum habis.

Pendidikan dikomersialkan jika diikuti dengan kualitas yang layak tidak ada masalah, meskipun di sini tentu banyak hal yang bisa diperdebatkan. Terlepas dari itu, kedua contoh soal ujian di atas adalah bukti nyata: lembaga pendidikan kita, terutama swasta, hanya mengejar profit. Kualitasnya seringkali dilupakan. Soal ujian dan kualitas guru adalah sebagian dari banyak hal yang mesti dilakukan perbaikan pada lembaga pendidikan.**[harjasaputra]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun