[caption id="attachment_325658" align="alignnone" width="640" caption="Sidang paripurna RUU Pilkada (harjasaputra)"][/caption]
Rapat Paripurna di DPR-RI hari ini (25/9) berbeda dari biasanya. Gedung DPR dijaga ketat oleh ratusan polisi seiring banyaknya elemen masyarakat yang melakukan demonstrasi terkait RUU Pilkada yang akan diputuskan hari ini. Rapat ini monumental: di akhir masa jabatan berusaha mencuri perhatian publik lewat RUU yang sangat memicu iklim politik. Suasananya sama dengan dulu waktu paripurna kenaikan BBM.
Di dalam kompleks DPR lalu-lalang orang yang ingin menyaksikan langsung pengambilan keputusan RUU Pilkada sangat banyak. Balkon DPR yang biasanya sepi kini penuh sesak. Terlihat di antaranya ada perwakilan mahasiswa berjaket kuning di situ. Tak ketinggalan para awak media dengan beragam peralatan turut memenuhi ruangan yang berbentuk U tersebut.
[caption id="attachment_325662" align="alignnone" width="640" caption="Suasana "]
[caption id="attachment_325664" align="alignnone" width="640" caption="Awak media memenuhi balkon di sayap kanan (harjasaputra)"]
Sementara itu, bagaimana keadaan di luar gedung? Cuaca terik membakar kulit. Makin panas lagi ditambah oleh hawa dari api yang muncul dari bakar-bakaran para demonstran. Tak lengkap demo sepertinya kalau tidak bakar-bakaran. Para demonstran yang mayoritas memakai baju merah itu berteriak menyerukan menolak Pilkada lewat DPRD sambil berorasi dan membakar karton. Mobil-mobil minibus yang mengangkut para demonstran terparkir berjajar di bahu jalan membuat jalanan macet panjang.
[caption id="attachment_325669" align="aligncenter" width="630" caption="Demonstran bakar-bakaran (harjasaputra)"]
[caption id="attachment_325671" align="alignnone" width="640" caption="Bakaaar..! (harjasaputra)"]
Apa yang membuat ramai ini? Apalagi kalau bukan pertentangan antara pihak yang mendukung Pilkada Langsung berhadapan dengan pihak yang mendukung Pilkada melalui DPRD. Argumen-argumen dari masing-masing pihak tak perlu diutarakan di sini, karena sudah tersebar di banyak media dan sudah disampaikan dalam pandangan mini fraksi dalam rapat paripurna. Kondisinya masih sama: 5 fraksi mendukung pilkada lewat DPRD dan 3 fraksi mendukung pilkada langsung. Bertambah menjadi 4 dengan Demokrat.
Hasil dari Paripurnanya bagaimana? Sampai tulisan dipublikasikan paripurna masih diskors untuk forum lobi. Lama sekali. Sudah 2 jam lebih berlalu tapi rapat masih belum dimulai lagi. Biasanya kalau lobi lama begini, berarti banyak hal yang harus disinkronkan. Atau, belum ada titik temu antara pihak-pihak yang berseberangan.
Rapat di DPR, sesuai dengan lembaganya yaitu lembaga politik, maka nuansanya sangat politis. Aspek politik itu unik, bukan seperti kajian para pengamat, melainkan mensinkronkan berbagai hal: baik kepentingan partai, suara-suara aspirasi dari masyarakat, dan realitas peta politik yang ada. Maka, keputusan paripurna umumnya adalah keputusan yang sifatnya jalan tengah. Meskipun nanti dilakukan voting, tapi saya yakin seyakin-yakinnya peta politik yang dibicarakan oleh para pengamat politik akan berbeda.
Di atas kertas Pilkada Langsung akan menang. Hal ini ditandai oleh munculnya kubu Demokrat yang menawarkan Opsi ketiga: Pilihan langsung dengan 10 syarat. Tapi, tunggu dulu. Seringkali hitung-hitungan di atas kertas tak berlaku untuk politik. Dalam hitungan menit bisa berubah.
Kemungkinannya, menurut saya, ada empat:
Pertama, voting antara dua opsi saja: pilkada langsung versus pilkada lewat DPRD.
Kedua, voting dengan melibatkan tiga opsi: kedua opsi di atas ditambah opsi yang ditawarkan oleh Demokrat.
Ketiga, mengambil jalan tengah: Gubernur dipilih DPRD dan Bupati/Walikota dipilih langsung.
Keempat, ditunda.
Untuk kemungkinan ketiga dan keempat sepertinya kecil, tapi mungkin terjadi. Jika kemungkinan pertama yang diambil, belum tentu juga pilkada lewat DPRD kalah. Jumlah kekuatan anggota yang hadir dari tiap-tiap fraksi adalah kata kuncinya. Di mana nanti ada anggota DPR yang sengaja tidak hadir di saat voting atau ada fraksi yang walk-out, akan mempengaruhi hasil voting.
Prediksi saya, jumlah anggota DPR yang pada sore hari hadir begitu banyak hingga mencapai 500 orang, tidak akan sama dengan pada saat voting. Entah dari fraksi mana saja. Tentunya, ini bagian dari dampak lobi. Memang seperti itulah suatu keputusan politik diambil.
Pilkada langsung jika nanti menang di saat voting berarti ada hal-hal yang sudah disinkronkan. Bahkan, saya menduga ada kejutan-kejutan manuver politik yang akan muncul.
Seperti apa nanti hasil akhirnya? Apakah seperti itu adanya? Nanti setelah ada keputusan dari rapat paripurna tulisan ini akan saya update. **[harjasaputra]
-----
Update pukul 23.58: Rapat kembali diskors karena gaduh. Bersitegang. Kejutan manuver politik ternyata betul muncul melalui tangan Priyo dengan mengetok langsung palu tanpa persetujuan.
Update pukul 00:25: Demokrat walk out. Prediksi saya bakal ada yang walk out terbukti. Peta politik bergeser lagi.
Update pukul 01.40: Hasil voting menunjukkan Pilkada lewat DPRD unggul (226 suara) dibanding Pilkada langsung (135 suara).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H