Di atas kertas Pilkada Langsung akan menang. Hal ini ditandai oleh munculnya kubu Demokrat yang menawarkan Opsi ketiga: Pilihan langsung dengan 10 syarat. Tapi, tunggu dulu. Seringkali hitung-hitungan di atas kertas tak berlaku untuk politik. Dalam hitungan menit bisa berubah.
Kemungkinannya, menurut saya, ada empat:
Pertama, voting antara dua opsi saja: pilkada langsung versus pilkada lewat DPRD.
Kedua, voting dengan melibatkan tiga opsi: kedua opsi di atas ditambah opsi yang ditawarkan oleh Demokrat.
Ketiga, mengambil jalan tengah: Gubernur dipilih DPRD dan Bupati/Walikota dipilih langsung.
Keempat, ditunda.
Untuk kemungkinan ketiga dan keempat sepertinya kecil, tapi mungkin terjadi. Jika kemungkinan pertama yang diambil, belum tentu juga pilkada lewat DPRD kalah. Jumlah kekuatan anggota yang hadir dari tiap-tiap fraksi adalah kata kuncinya. Di mana nanti ada anggota DPR yang sengaja tidak hadir di saat voting atau ada fraksi yang walk-out, akan mempengaruhi hasil voting.
Prediksi saya, jumlah anggota DPR yang pada sore hari hadir begitu banyak hingga mencapai 500 orang, tidak akan sama dengan pada saat voting. Entah dari fraksi mana saja. Tentunya, ini bagian dari dampak lobi. Memang seperti itulah suatu keputusan politik diambil.
Pilkada langsung jika nanti menang di saat voting berarti ada hal-hal yang sudah disinkronkan. Bahkan, saya menduga ada kejutan-kejutan manuver politik yang akan muncul.
Seperti apa nanti hasil akhirnya? Apakah seperti itu adanya? Nanti setelah ada keputusan dari rapat paripurna tulisan ini akan saya update. **[harjasaputra]
-----