[caption id="attachment_336503" align="aligncenter" width="512" caption="Ilustrasi (harjasaputra)"][/caption]
"Om, saya tertarik dengan tulisan tentang perbandingan bahan bakar produksi Pertamina dengan Shell. Jadi kalau saya bandingkan jika premium naik, mending saya ganti produk".
Itu adalah komentar dari pembaca Blog saya yang mampir setelah melihat tulisan mengenai Perbandingan Premium, Pertamax, Pertamax Plus dan Shell V-Power (yang awalnya saya tulis di Kompasiana di link ini). Sejak BBM naik, tulisan itu entah kenapa banyak diserbu oleh pembaca. Tercatat oleh Google Analytic dua hari setelah pengumuman kenaikan BBM, traffic pengunjung ke tulisan itu mencapai 7.455 pembaca. Bagi blogger yang punya web sendiri bisa tahu bagaimana jumlah pengunjung sebanyak itu. Berbeda dengan angka pembaca jika menulis di blog keroyokan. Itu menunjukkan trend konsumen BBM saat ini adalah berusaha membandingkan semua jenis BBM dan memilih yang lebih efisien.
Mari kita lihat fakta angkanya sejak Premium berharga Rp.8500. Data berikut ini merupakan ringkasan dari uji coba yang pernah saya lakukan terhadap berbagai jenis BBM yang saya tulis secara panjang pada tulisan di atas:
Sebelum Premium Naik
[caption id="attachment_336615" align="alignnone" width="580" caption="Sebelum Premium naik (harjasaputra)"]
Bandingkan dengan angka setelah Premium naik berikut ini:
[caption id="attachment_336616" align="alignnone" width="582" caption="Setelah Premium naik (harjasaputra)"]
Dari perbandingan kedua tabel di atas, sebelum premium naik tingkat kehematan menggunakan bahan bakar ditempati oleh Premium, sedangkan setelah naik ditempati oleh Shell Super 92. Jika dibandingkan antara Brand Pertamina dan Shell maka Shell lebih irit di semua lini produk (untuk melihat dari mana angka-angka itu diperoleh silahkan klik tulisan sebelumnya di link ini dan ini).
Itu belum dimasukkan alasan lain seperti pengaruhnya pada mesin kendaraan, performa tarikan mesin, dan lainnya.
Wajar jika ada pembaca yang mengatakan ia lebih memilih pindah ke produk Shell karena alasan kehematan. Ditambah dengan kualitas dan pelayanan Shell yang lebih bagus dibanding di SPBU Pertamina. Bahkan, dari pantauan saya kemarin sejak kenaikan BBM, gerai penjualan bahan bakar Shell lebih ramai dibandingkan dengan sebelum kenaikan BBM. Ditambah lagi produk beroktan 92 di Shell lebih murah dibandingkan dengan oktan yang sama (Pertamax) di Pertamina, jelas orang lebih milih yang di Shell. Kok bisa begitu? Tanya pada mobil yang bergoyang.
Prediksi saya ke depannya, dampak dari kenaikan BBM ini adalah makin banyaknya konsumen yang akan beralih dari produk Pertamina ke produk brand luar negeri, dalam hal ini Shell. Begitu juga nilai penjualan brand luar negeri lain seperti Total akan lebih meningkat. Artinya apa? Jangan bicara lagi masalah nasionalisme. Ini murni persaingan pasar. Rumus sederhana: produk lebih bagus dan lebih murah tentu akan lebih dipilih daripada produk yang lebih mahal. Simple as it is.
Saya menggunakan istilah "BBM luar negeri" lho ya bukan "BBM Asing". Itu didasarkan pada fakta bahwa BBM kita juga banyak didatangkan dari luar negeri jadi sudah tidak asing tho.
Karena simpel, tulisan ini tidak usah panjang-panjang. Mau panjang bagaimanapun hasilnya tetap sama. Cukup sekian. Saatnya Move On beli BBM ke produsen lain? Terserah Anda..!**[harjasaputra]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H