Mohon tunggu...
Hariyawan Esthu
Hariyawan Esthu Mohon Tunggu... Ghostwriter -

Ghostwriter, peminat masalah sosial-budaya

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Hilman, Gerakkan Anak-anak Motor untuk Selamatkan Lahan-lahan Terlantar

10 Mei 2016   16:06 Diperbarui: 10 Mei 2016   16:18 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perjuangan yang Didukung Keluarga

Sebagai mantan “anak gedongan”, diakui ayah dari Monira Polalina dan Flora Rimba Pertiwi ini bahwa dirinya bersama kawan-kawan petaninya kini sedang berjuang. Secara jujur diakui Hilman, seperti yang lainnya dia juga ingin hidup layak, punya keluarga dengan rumah bagus, anak-anak tercukupi segala keinginannya. Tetapi Hilman bukanlah sosok yang egois, yang dia pikirkan terlebih dahulu adalah lingkungan dulu.

“Rumah saya 5x5 meter yang panggung ini adalah asli rumah saya. Demi Allah. Mungkin orang lain berpikir, Kang Hilman yang juara nasional penghijauan, yang populer itu, rumahnya kok begitu? Sebenarnya ketika saya dari kota banyak uang dari hadiah, bisa saja membangun rumah yang layak. Tetapi tidaklah, saya ingin membangun lingkungan dulu. Berbagi dululah. Tetapi ketika saya ingin berbuat sesuatu buat masyarakat, jadilah orang langka. Kira-kira begitulah. Saya yakin pada suatu saat, atas kerja keras saya akan ada hasilnya itu bisa terganti. Saya juga punya hitung-hitungan. Tetapi saat ini saya berjuang dulu,” kata Hilman yakin.

Ihwal rumahnya saat ini yang sederhana, Hilman menegaskan dirinya orang yang tidak gengsian. Dia mempersilakan teman-temannya yang dulu dari Bandung untuk berkunjung. Malahan dari Kepala Dinas, dari Kementrian Kehutanan dan Perkebunan pernah singgah di rumahnya.

“Saya apa adanya seperti ini. Saya tahu begini, karena saya sedang berjuang. Suatu saat, saya tidak boleh begini lagi,” ulangnya lagi.

Dalam kegiatannya yang begitu banyak menyita waktu, tentu saja tidak akan berhasil bila tidak didukung oleh pihak keluarga. Hal ini diakui Hilman. Diyakininya, tantangan seorang suami untuk berbuat sesuatu adalah dari rumah, yaitu istri.

“Tetapi ketika kita jeli, mudah sebenarnya untuk menjinakkan istri itu. Yang penting ‘kan dapurnya ngebul. Makanya supaya dapurnya kondusif, saya bikin warung-warungan di depan itu,” tutur Hilman.

Memang disadari Hilman, penduduk perkebunan di tempatnya tinggal itu jumlahnya terbatas. Dengan demikian, pembeli di warungnya pun terbatas pula. Oleh karena itu, dia bekerjasama dengan karyawan PTP Nusantara VIII dan dengan pensiunan. Sifat pembayarannya tidak cash,tetapi perbulan, dari kebutuhan sehari-harinya saja. Jadi perbulannya dipotong dari gaji.

“Tetapi ada juga yang hutangnya gede, yang saat gajian justru masih minus, jadi menggantung. Tetapi ya tidak apa-apa. Intinya membuka warung itu tidak semata-mata mencari keuntungan. Ujung-ujungnya membantu masyarakat juga. Saling menguntungkanlah. Biar istri saya juga ada kegiatan setiap hari, penghasilannya ada, saya juga bisa bergerak bebas,” jelasnya.

Intinya, diakui Hilman, jika tidak ada dukungan keluarga, sangat sulit bagi seorang laki-laki untuk berhasil. Konsekuensinya adalah dapur ngebul dan berani hidup sederhana. Memang terdengarnya sederhana, tetapi belum tentu setiap orang bisa menjalaninya. Menjalani kehidupan yang sederhana, seperti Hilman bersama keluarga tercintanya.*

hilman-3-5731a39927b0bd2d06b9f5f1.jpg
hilman-3-5731a39927b0bd2d06b9f5f1.jpg
Sebagai PKSM, pada 2012 Hilman mendapat penghargaan dari Menteri Kehutanan, Zulkifli Hasan. * dok. hilman

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun