Kita boleh mengapresiasi perjuangan Kartini yang tidak terpengaruh feminimisme Barat. Feminisme Barat merupakan suatu pergerakan perlawanan yang dilakukan oleh kaum wanita kepada kaum bangsawan laki-laki terhadap kaum perempuan. Dalam perlawanannya, mereka menuntut adanya persamaan hak dan kewajiban tanpa adanya perbedaan gender, sehingga kaum perempuan dapat mengepakkan sayapnya tanpa batas. Dengan kata lain, feminimisme Barat bertujuan untuk mendapatkan kebebasan perempuan demi kepentingan individu dari perempuan itu sendiri.
Tidak demikian dengan tujuan R.A Kartini. Dia memperjuangkan hak perempuan untuk mendapatkan pengajaran dan pendidikan, bukan untuk memenuhi hasrat pribadi mereka. Perjuangan yang dilakukan oleh R.A Kartini ditujukan supaya kaum wanita mampu menjalankan kewajibannya yang telah diberikan oleh alam (kodrat wanita), yaitu sebagai istri dan ibu secara baik.
Pun dengan perempuan-perempuan penyemen kaki asal Pegunungan Kendeng, dengan simbol keperempuannya memperjuangkan hak-hak hidup warga di desa dan keberfungsian tanah-tanah mereka, bukan untuk memenuhi hasrat pribadi mereka. Bila perjuangan yang dilakukan oleh R.A Kartini ditujukan supaya kaum wanita mampu menjalankan kewajibannya yang telah diberikan oleh alam (kodrat wanita), yaitu sebagai istri dan ibu secara baik, begitu juga para perempuan penyemen kaki. Apa yang dilakukannya bertujuan supaya kaum wanita mampu menjalankan kewajibannya yang telah diberikan oleh alam (kodrat wanita), yaitu sebagai istri dan ibu secara baik, walau dengan cara perjuangan yang berbeda berupaya tampil terdepan.
Jadi, andai R.A Kartini masih hidup di masa ini, dalam surat-suratnya yang terkumpul dalam Habis Gelap Terbitlah Terang, dia tidak hanya akan menyurati sahabat-sahabatnya, seperti kepada Stella Zeehandelaar, Ny. Cvink Soer, Rosa, Ny. Van Kol, Tuan dan Ny. Anton, atau Ny. Abendon, melainkan juga akan berkorespondensi secara intens dengan perempuan-perempuan asal Pegunungan Kendeng ini, ihwal perjuangan kaum perempuan hari ini. Ihwal kejadian nyata penggugah rasa generasi muda, bukan sekadar fiksi berbalut romansa. ***
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H