Mohon tunggu...
Hariyanto Imadha
Hariyanto Imadha Mohon Tunggu... wiraswasta -

A.Alumni: 1.Fakultas Ekonomi,Universitas Trisakti Jakarta 2.Akademi Bahasa Asing "Jakarta" 3.Fakultas Sastra, Universitas Indonesia,Jakarta. B.Pernah kuliah di: 1.Fakultas Hukum Extension,UI 2.Fakultas MIPA,Universitas Terbuka 3.Fakultas Filsafat UGM C.Aktivitas: 1.Pengamat perilaku sejak 1973 2.Penulis kritik pencerahan sejak 1973

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Manajemen: Cara Membagikan Zakat atau Daging Kurban yang Cerdas

27 Oktober 2012   00:39 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:21 381
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

SUDAH bertahun-tahun manajemen pembagian zakat dan daging kurban selalu bermasalah. Yaitu dengan cara mengumpulkan atau mengundang masyarakat miskin. Mereka datang berdesakan, saling sikut, saling dorong dan bahkan beberapa kali kejadian ada yang terinjak-injak dan bahkan ada beberapa yang terluka berat atau tewas. Sebuah manajemen pembagian zakat dan daging kurban yang hanya layak dilakukan umat Islam yang tidak cerdas.

Cara-cara seperti itu sama saja tidak menghargai masyarakat miskin. Bahkan terkesan mereka diundang untuk disiksa. Sayangnya cara yang tidak cerdas tersebut selalu terulang. Saatnya cara-cara tersebut diganti dengan cara-cara yang cerdas. Yaitu, paling tidak sebulan sebelumnya diadakan pendataan masyarakat miskin yang dijadikan sasaran penerima zakat atau daging kurban. Kalau perlu, rumahnya ditempeli stiker dan kepala keluarga menerima kupon. Jauh hari sebelumnya juga dibentuk panitia pengantar yang memiliki kendaraan sepeda atau motor. Panitia pengantar haruslah yang mempunyai identitas jelas dan sudah dikenal baik dan tinggal di wilayah panitia zakat atau kurban. Tiap petugas pengantar wajib mengantarkan ke 10 sampai dengan 25 masyarakat miskin dan sekaligus meminta kupon yang pernah dibagikan yang tertulis nama dan alamat penerima. Masing-masing petugas pengantar mempunyai daftar nama dan alamat masyarakat miskin sehingga mudah dicek panitia utama.

Pada saat yang tepat, zakat atau daging kurban dibagikan ke masyarakat miskin dengan sistem door to door (diantarkan langsung ke rumah). Jika sampai sore hari tidak ada komplain dari masyarakat (yang terdaftar tetapi tidak menerima zakat atau daging kurban), berarti pemabagian telah sesuai dengan target. Tetapi jika ada komplain. Tetapi jika ada komplain dari masyarakat miskin (sambil membawa kupon), maka panitia utama wajib membagikan zakat atau daging kurban yang sudah dicadangkan. Sekaligusmenegur panitia pengantar yang lalai sekaligus tahun-tahun berikutnya tidak perlu dijadikan lagi petugas pengantar. Sulit? Ribet? Kalau niatnya baik dan ada kemauan, tidak sulit dan tidak ribet. Hanya orang Islam yang malas saja yang tidak mau melakukan manajemen yang cerdas ini.

Hariyanto Imadha

Pengamat perilaku

Sejak 1973

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun