Mohon tunggu...
Hariyanto Lmg
Hariyanto Lmg Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Domisili di Guminingrejo, Tikung - Lamongan, Jawa Timur. e-mail : hariyanto.argum@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Refleksi Agar Bijak Berkendara (2).

12 April 2014   22:31 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:45 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Untuk refleksi bersama, ada beberapa hal yang menurut saya perlu diingat, direnungi dan dilaksanakan untuk bisa bijak berkendara, terutama di jalan raya yang padat dan kebetulan jalurnya masih dua arah. Hal ini penting agar terhindar dari (ke-)celaka-(an).

Pertama, harus disadari bahwa para pengendara di jalan terdiri dari banyak orang dengan beragam keperluan. Ada yang sedang tergesa-gesa dan ada yang dalam kondisi biasa, bahkan ada yang berkendara santai saja. Sekedar jalan-jalan saja. Ini tentu berpengaruh terhadap kecepatan berkendara mereka. Jadi, sesama pengendara harus sabar dan saling menghormati.

Yang sedang tergesa-gesa tentu maunya cepat-cepat agar segera tiba di tujuan. Tak heran kecepatan pun cenderung bertambah. Bagi yang sedang santai jalan-jalan atau cuci mata sambil berkendara, pasti memilih pelan-pelan saja.

Nah, bagi yang sedang tergesa-gesa tentu harus tetap menghormati pengendara lainnya. Tidak boleh mendahului “semaunya”. Akan lebih bijak lagi, bila mengkondisikan diri agar tidak dalam kondisi tergesa-gesa. Sebaliknya, bagi yang sedang berkendara santai harus menghormati pula mereka yang sedang tergesa-gesa. Tentu lebih bijaksana bila mencari waktu yang tepat untuk berkendara santai-nya, bukan di saat jam sibuk, tidak di jam berangkat atau pulang kerja.

Pernah saya menjumpai dua sepeda motor berjalan berdampingan dengan kecepatan pelan sekali. Pengendaranya pun tampak santai berbincang, bercanda, tertawa-tawa pula. Di belakangnya, para pengguna lainnya, termasuk saya, kebetulan sedang terburu berangkat kerja. Mau mendahului susah karena jalur dua arah, dan dari arah berlawanankendararaan juga sedang ramai-ramainya. Duuuuh ....(capek deh) anak muda...... Tampaknya mereka dua insan yang dilanda kasmaran, berpacaran. Itu sikap tak bijak dalam berkendara .... (menurut saya).

Refleksi kedua, perlu disadari juga bahwa pengguna jalan memakai beragam kendaraan. Ada yang kendaraan lama, ada juga yang baru. Ada yang bertenaga motor atau mesin, ada yang bertenaga manusia. Bahkan ada juga yang tidak berkendaraan. Ada yang berjalan kaki, menyeberang, misalnya.

Hal ini juga semestinya “menuntut kebijaksanaan” kita dalam berkendara. Patuhi rambu batas kecepatan maksimal yang diperbolehkan.Dan, yang juga sangat penting adalah perkirakan dan atur ritme kecepatan sesuai kondisi di jalan. Tidak harus dengan batas kecepatan maksimal yang diperbolehkan.Pengguna kendaraan bermotor harus bijak dan bersikap toleran, menghormati pengguna jalan lainnya. Pengayuh becak dan sepeda, misalnya, tidak mungkin bercepatan tinggi. Jadi, meski tergesa-gesa, tidak boleh menuntut mereka melaju kencang.... (karena memang tidak mungkin......).

Jadi, kalau bertemu mereka di jalan dan mendahului mereka, seyogyanya diperhitungkan dan dilakukan dengan santun. Cari momen tepat. Jangan mendadak dan jangan membunyikan klakson tiba-tiba hingga mengagetkan pengendara lainnya.

Ketika mendahului, juga harus diperhitungkan kendaraan dari arah berlawanan. Jangan sampai memakan habis jalan dari arah berlawanan ketika lalu lintas sedang ramai karena hal itu bisa menyebabkan kekagetan dan kepanikan.Kekagetan bisa menyebabkan kepanikan dan kehilangan kendali berkendara sehingga bisa berujung pada kecelakaan.

Nah, ada satu hal lagi yang patut dilakukan di jalan, yaitu waspada. Kita mungkin sudah berhati-hati, kita sudah sabar dan menghormati. Tapi, bisa saja ada pengendara lain yang sedang benar-benar tergesa-gesa, sedang lupa atau lalai. Bila itu terjadi, demi keselamatan bersama, sebaiknya kita mengalah, meski kita berada pada posisi benar. Apa guna ngotot dengan posisi benar tapi celaka? Malah ribet dan rugi semuanya......

Sekali lagi. Mari bijak berkendara agar terhindar dari (ke)-celaka-(an). Sabar, waspada dan mengalah. Utamakan selamat. Jangan hanya utamakan benar atau salah. Ingat, keluarga menunggu di rumah.


____Hariyanto____

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun