Dua tahun lalu saya pernah bertanya kepada almarhumah mama saya, waktu itu sore hari, sambil duduk di teras rumah. Saat itu beliau minta dipanggilkan Kacong untuk mengantarnya ke toko swalayan Hawa Baru, di jalan Gunung Latimojong, sekitar 1 kilo jaraknya dari rumah.
“Ma, kenapa panggil Kacong ? Kacong itu sudah tidak terlalu kuat, becaknya lambat jalannya dan matanya yang sebelah sudah tidak bias melihat lagi . Apalagi jalur menuju Gunung Latimojong itu adalah jalur padat dan ramai, rawan kecelakaan.”
Almarhumah mama saya menjawab pelan sambil tersenyum..”Justru karena becaknya lambat jalannya, dan matanya hanya satu saja yang bias sempurna melihat, maka saya merasa lebih aman..karena pasti Kacong tidak balap (ngebut) dank arena becaknya berjalan dengan pelan dia bisa lebih hati-hati memperhatikan dan mengawasi kendaraan disekitarnya dengan matanya yang cuma satu bias melihat normal.”
>hw08052011-maribar<
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H