Mohon tunggu...
Hari Wiryawan
Hari Wiryawan Mohon Tunggu... Dosen - Peminat masalah politik, sejarah, hukum, dan media, dosen Usahid Solo.

Penulis lepas masalah politik, sejarah, hukum, dan media, dosen Usahid Solo

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Omnibus Law dan Kasta Pengusaha

10 Oktober 2020   12:52 Diperbarui: 10 Oktober 2020   13:06 833
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada masa akhir Orde Baru memang muncul kebencian kepada tentara, tetapi itu lebih ditujukan kepada perilaku tentara yang arogan, bukan pada konsep Dwi Fungsi ABRI. Pada masa reformasi, Dwi Fungsi dihapus. Penghapusan Dwi Fungsi lebih banyak merupakan agenda politik sebagai konsekuensi kita menganut sistem demokrasi. Namun secara budaya sebenarnya orang Indonesia tidak mempermasalahkan. 

Kita masih ingat ketika terjadi kerusuhan di Jakarta pada awal reformasi 1998, muncul pasukan Marinir berbaret ungu yang turun ke jalan tanpa senjata api. Rakyat kemudian secara spontan menyambut aksi simpatik itu, meskipun beberapa mobil polisi dan tentara baru saja dibakar. 

Hingga kini citra TNI telah pulih sebagai pihak yang selalu membela rakyat. Kalangan oposisi yang selama ini menentang Pemerintah, hampir tidak pernah mengirtik TNI, meskipun TNI bagian dari Pemerintah Jokowi. Yang ada malah TNI disanjung sebagai pembela rakyat dan anti Komunis.

Bagaimana dengan kasta ketiga yaitu Waisya? Dalam kasta ini bermukim pedagang, pengusaha, kaum bisnis. Sikap masyarakat terhadap kasta ini bisa dilihat dari berbagai fenomena. 

Dalam berbagai ceritera rakyat, dongeng sampai sinetron di televisi jika ada penggambaran orang kaya maka biasanya orang itu jahat kepada orang miskin. Ada orang kaya yang jahat kepada pembantunya, ada orang kaya yang jahat kepada orang tuanya. 

Orang kaya yang jahat itu sering digambarkan sebagai pedagang yang sukses, pengusaha yang berlimpah. Jarang sekali digambarkan bahwa orang yang kaya dan jahat itu seorang tentara, seorang dokter atau seorang rohaniawan.

Dalam ceramah agama sering digambarkan bahwa orang yang kaya itu adalah orang yang suka menumpuk-numpuk harta, orang yang kaya lupa pada agama, orang yang kaya suka berfoya-foya, orang yang kaya cenderung berbuat jahat dan... orang yang kaya itu adalah pedagang, penguasa atau businesman yang sukses. Seorang pedagang juga digambarkan sering berbuat curang dengan "mengurangi timbangan", "mencari keuntungan sebesar-besarnya...dengan modal sekecil-kecilnya", "suka memeras tenaga karyawan", "mengeksploitasi buruh" dsb.

Belakangan dalam Wacana Islam dikembangkan ajaran tentang kemuliaan para pedagang bahwa Nabi Muhammad juga seorang pedagang, bahwa Allah memberikan jalan riski kepada kaum pedagang lebih banyak dari profesi lain. 

Namun wacana kewirausahaan itu baru sekitar 20 tahun belakangan ini. Wacana kewirausahaan dalam Islam belum mampu menggeser asumsi yang berkembang lebih kuat bahwa "kaum pedagang itu suka lupa waktu dan lupa sholat karena lebih mengutamakan daganganya dari pada beribadah". 

Pada masyarakat tradisional agraris sering berkembang adanya anggapan bahwa jika sebuah warung laris maka si pemilik warung dituduh memelihara tuyul. Jika sebuah toko laris dianggap hasil pergi ke dukun. Sebaliknya jika sebuah warung sepi akan dianggap sebagai "warungnya mahal", bila warung makan tutup maka akan digunjing sebagai "makananya tidak enak". Jadi, dengan demkian seorang pengusaha atau pedagang akan dicurigai, jika sukses dan dicemooh, jika gagal.

Pengusaha yang melakukan effisiensi akan dianggap pengusaha yang pelit. Pengusaha yang melaklukan rasionalisasi akan dicap sebagai pengusaha yang semena-mena. Pengusaha yang disiplin akan dianggap sebagai pengusaha yang kejam. Pengusaha yang bekerja keras tak kenal waktu akan dianggap sebagai "orang yang hanya memikirkan dunia, tidak pernah memikirkan akhirat". Tapi pengusaha yang bangkrut akan dianggap sebagai pengusaha yang goblok.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun