Mohon tunggu...
Hari Wiryawan
Hari Wiryawan Mohon Tunggu... Dosen - Peminat masalah politik, sejarah, hukum, dan media, dosen Usahid Solo.

Penulis lepas masalah politik, sejarah, hukum, dan media, dosen Usahid Solo

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

RRI dan Jiwa Militernya

10 September 2020   11:08 Diperbarui: 10 September 2020   11:04 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Repro Buku Perjuangan RRI Surabaya

Yang mengejutkan adalah: Meski mereka orang-orang yang setiap hari bergelut dengan microfon, tapi semua skenario itu ternyata terbukti benar dilapangan di kemudian hari. Para pendiri RRI yang melihat dengan pendekatan militer dalam menyikapi masalah bangsa waktu itu sungguh predisksinya brilyan. Apa jadinya jika RRI tidak mengambil sikap berbeda dengan pemerintah pusat? Bisa jadi diplomasi pemerintah pusat tidak bergigi di PBB, bisa jadi pasukan Pak Dirman juga tidak bergigi dalam perang gerilya.

Karena itu ketika terjadi peristiwa "Bandung Lautan Api", "Enam Jam di Jogja", "Radio Kambing" di Gunung Lawu, Solo, dan peristiwa "10 November" di Surabaya dengan Bung Tomo sebagai ikonya, RRI mungkin adalah lembaga yang paling siap menghadapi perang itu.

Babak selanjutnya dalam Perang Kemerdekaan RRI dan TNI bahu membahu. Berbagai kerjasama RRI dan TNI di medan perang kita bisa saksikan dalam sejarah, sebuah kemistri dari jiwa-jiwa patriot bangsa. TNI dan RRI itu satu passion. 

Dalam sejarah kita juga menjacat bahwa antara TNI dan Bung Karno tidak selamanya sejalan dalam mensikapi perkembangan politik khususnya menghadapi Belanda. TNI dengan komando dari Panglima Besar Jenderal Sudirman tidak sudi menyerah kepada Belanda. TNI memilih bergerilya masuk hutan. Sedangkan Bung Karno dan Bung Hatta menyerah kepada Belanda. Pak Dirman kecewa dengan sikap Bung Karno.

Namun setelah aman, Pak Dirman keluar dari hutan menghadap Bung Karno dan mereka berpelukan. Keduanya tetap saling menghormati. Pak Dirman meskipun memiliki pasukan yang solid tidak pernah membangkang perintah Bung Karno apalagi mencoba melakukan kudeta. RRI dalam hal ini lebih memilih masuk hutan bersama TNI, tapi RRI tetap loyal kepada Bung Karno.

Dalam menghadapi PKI Madiun, misalnya, propaganda RRI sangat membantu Bung Karno dan TNI. Dalam menghadapi "Madiun Affairs", Bung Karno menantang rakyat Madiun "Pilih Bung Karno atau Muso PKI?" dan tantangan itu disiarkan melalui RRI. Pasukan Siliwangi yang diterjunkan di sana menjadi lebih mudah mengidentifikasi musuh.

Inilah sedikit babak dari sejarah panjang bangsa kita tentang kedewasaan berpolitik yang dicontohkan oleh para pendiri bangsa. Pak Dirman, Pak Karbol, Maladi dkk yang pernah kecewa dengan Bung Karno dalam menghadapi Belanda tapi mereka tetap bahu membahu dalam menghadapi kaum Komunis di Madiun. Meski kadang menempuh jalan berbeda, mereka tetap menghormati pemimpin tertinggi, Bung Karno. DIRGAHAYU RRI (wir). (*)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun