Mohon tunggu...
Harits Sabarani
Harits Sabarani Mohon Tunggu... -

Generasi Z (1997)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Literasi Membuat Manusia Beradab

9 Oktober 2016   20:48 Diperbarui: 9 Oktober 2016   20:59 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Istilah ‘literasi’ mungkin farmiliar di telinga banyak orang. Tapi tidak sedikit yang hanya pernah mendengarnya, namun tidak memahami maknanya. Literasi berasal dari istilah latin literature dan bahasa Inggris letter yang berarti surat. Literasi merupakan kemampuan melek huruf yang mencakup membaca serta menulis. Menurut National Institute for Literacy, literasi merupakan kemampuan individu untuk membaca, menulis, berbicara, menghitung dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian yang diperlukan dalam pekerjaan, keluarga dan masyarakat.

Menulis dan membaca tidak hanya menjadi kebiasaan kaum terpelajar, bahkan kaum non-terpelajar pun juga melakukannya. Bahkan kegiatan tersebut seolah sudah menjadi kebiasaan sehari-hari sebagaimana makan dan minum, mulai dari chatting, mencatat penjelasan dari guru/dosen, sampai membaca tulisan spanduk pun tetaplah ada kaitannya dengan literasi. Tapi bagaimana jika kita yang menulis sesuatu? Sesuatu yang dapat dibaca orang banyak atau dengan kata lain menjadikan tulisan kita menjadi sebuah karya? Kita sebagai manusia yang beradab wajib mencobanya.

Menulis adalah hal yang penting, sampai-sampai para antropolog mengatakan: ”Sebagaimana bahasa membedakan manusia dari binatang, maka tulisan membedakan manusia beradab dan manusia biadab”. Jadi, dengan menulis kita menjadi manusia yang beradab. Bila tidak ada manusia yang menulis, maka dunia biadab/tidak memiliki peradaban. Itu mengapa salah satu ciri negara yang maju adalah masyarakatnya memiliki budaya literasi yang tinggi. Artinya jika Indonesia belum dikategorikan sebagai negara maju, kita sudah tahu salah satu penyebabnya.

Menurut data yang pernah dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2012, sekitar 91,68 persen penduduk Indonesia dengan usia 10 tahun ke atas lebih gemar menonton televisi. Sama memprihatinkannya dengan data yang dikeluarkan United Nations Educational Scientifi and Cultural Organization (UNESCO) pada tahun 2012 yang menyatakan bahwa minat membaca masyarakat Indonesia hanya sebesar 0,001 persen. Artinya dari 1000 orang, hanya 1 orang yang memiliki minat membaca.

Apakah kita termasuk dari 91,68 persen tersebut? Data tersebut jelas sangat mengkhawatirkan. Warga Amerika terbiasa membaca 10-20 buku pertahun, Jepang 10-15 buku pertahun. Perbedaan statistik tersebut cukup menjelaskan mengapa negara kita tidak semaju negara-negara super power seperti Amerika dan Jepang. Bagaimana bisa kita mengungguli negara dengan tingkat literasi yang jauh lebih tinggi? Jelas tidak rasional jika negara kita lebih maju dari kedua negara itu sedangkan usaha belajar kita jauh di bawah mereka.

             Manfaatkanlah setiap waktu luang untuk membaca, atau bahkan sediakanlah waktu khusus. Mungkin bagi sebagian orang, membaca dan menulis terlihat spele. Padahal banyak manfaat yang didapat dalam melakukannya, baik untuk diri sendiri maupun orang lain. Dari pada membuang waktu untuk melakukan hal yang tidak berguna, lebih baik membaca untuk meningkatkan kualitas hidup kita, bahkan secara tidak langsung meningkatkan kualitas bangsa. Bahkan dengan merujuk pada kalimat para antropolog pada paragraf ketiga, dapat disimpulkan bahwa tinggi rendahnya tingkat keberadaban suatu negara berbanding lurus dengan tinggi rendahnya budaya literasi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun