Mohon tunggu...
Haritsah Burhan
Haritsah Burhan Mohon Tunggu... Administrasi - Administrasi

Suka membaca, menulis, dan ingin memiliki ilmu yg lebih luas lagi.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pemeriksaan Kesehatan Tahunan Bagi Mahasiswa

28 Juni 2024   11:11 Diperbarui: 28 Juni 2024   12:16 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi Penulis

Pada 9 Juni lalu Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur melalukan Peringatan Hari Hipertensi Sedunia Tahun 2024. Dalam Sambutannya, Kepada Dinas Kesehatan menyampaikan bila Provinsi Kaltim menduduki peringkagt ketiga untuk penderita hipertensi tertinggi di Indonesia. Hipertensi sendiri menurut upk.kemkes.go.id adalah suatu keadaan dimana tekanan darah sistolik pada tubuh seseorang lebih dari atau sama dengan 140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik lebih dari atau sama dengan 90 mmHg. Sementara www.siloamshospital.com menyebut hipertensi adalah kondisi tekanan darah yang melebihi batas normal dan dapat meningkatkan risiko penyakit jantung, seperti serangan jantung.

Referensi judul tersebut adalah data yang dikutip dari laman Satu Data Kalimantan Timur dimana untuk jumlah penderita hipertensi di atas usia 15 tahun pada 2021 sebanyak 206.848 orang. Kemudian 2022 meningkat tajam sebesar 116,8% atau menjadi sebanyak 448.644 orang. Serta pada 2023 melonjak sebesar 32,77% atau menjadi sebanyak 595.689 orang. Data tersebut seakan menjadi warning bagi masyarakat Kalimantan Timur agar lebih peduli terhadap salah satu penyakit silent killer tersebut.

Kondisi peningkatan tersebut sejalan dengan kondisi secara nasional dimana menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kemenkes RI tahun 2013 disebutkan bila prevalensi penderita hipertensi adalah 25,8%, meningkat menjadi 34,1% pada tahun 2018. Atau dengan kata lain estimasi jumlah penderita hipertensi adalah 63.309.620 orang dengan angka kematian sebanyak 427.218 kasus.

Secara global penderita hipertensi juga terus mengalami peningkatan. National Institutes of Health mengestimasi bahwa 26,4% orang dewasa di seluruh dunia mengidap hipertensi pada tahun 2000. Sementara itu Pan American Health Organization pada tahun 2020 merilis data bila lebih dari 30% orang dewasa menderita hipertensi. Sebagai tambahan, data yang dirlis WHO pada 2018 menyebut bila 26,4% atau 972 juta orang didunia mengindap hipertensi dan pada 2021 meningkat menjadi 29,2%.

Dampak hipertensi termasuk berbahaya karena dapat menyebabkan beberapa gangguan kesehatan seperti penyakit stroke, penyakit jantung, penyakit ginjal, gangguan saraf dan lainnya. Uniknya penyakit stroke dan jantung merupakan dua penyakit paling mematikan secara berurutan di Indonesia sesuai data detik.com pada Oktober 2023 lalu. Sementara data dari Data Institute for Health Metrics and Evaluation tahun 2019 merilis lima penyakit mematikan di Indonesia secara berurutan yaitu cardiovascular diseases, neoplasms, diabetes and kidney diabetes, digestive diseases and respiratory infections and tuberculosis. Adapun diketahui hipertensi disebabkan banyak hal diantaranya adalah obesitas, merokok, mager (malas gerak), konsumsi garam berlebih, psikososial & stress, dislipidemia, dan diet tinggi lemak.

                  

Secara global menurut data WHO seperti yang dikutip dari www.who.int menyebut penyakit jantung (cardiovascular diseas) merupakan penyebab kematian tertinggi. Dimana pada tahun 2019 sekitar 17,9 juta orang meninggal karena penyakit jantung atau 32% dari seluruh kematian didunia. Dari jumlah tersebut, 85% disebabkan oleh serangan jantung stroke. Serta lebih dari tiga perempat kematian akibat penyakit jantung terjadi di negara-negara berpendapatan rendah dan menengah.

Merujuk data meningkatnya penderita hipertensi dan dampak akibat hipertensi tersebut, perlu dilakukan aksi nyata untuk membantu meminimalisirnya. Penulis menyarankan dilakukan pemeriksaan kesehatan tahunan secara rutin kepada mahasiswa (yang termasuk dalam generasi Z/Gen Z) dengan alasan mereka sebagai agent of change, sehingga dengan tingkat pendidikan yang dimiliki diharapkan bisa menjadi contoh untuk berperilaku hidup sehat. Saat ini memang sudah ada kegiatan sejenis di kampus-kampus namun belum seluruhnya dan kemungkinan belum bersifat rutin.

Sebagai gambaran perihal bahanya penyakit hipertensi untuk usia muda, Tampa Cardiovascular Associates pada 2023 lalu menyebut bila sebuah studi terbaru yang dilakukan oleh penyedia asuransi kesehatan Amerika menunjukkan bahwa hipertensi meningkat 10% pada tahun 2022 dibandingkan tahun 2018 untuk mereka yang berusia 22 sampai 36 tahun.

Alasan lain adalah merujuk dari faktor penyebab hipertensi dalam hal ini berat badan lebih dan obesitas pada Gen  Z. Riskesdas Kemenkes RI tahun 2018 menyebut bila 8,4% dan 12,1% penduduk usia 20-24 tahun mengalami berat badan lebih dan obesitas. Angka tersebut meningkat menjadi 8,6% dan 13,4% sesuai Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Kemenkes RI tahun lalu.

Alasan selanjutnya tingkat stress yang dialami gen-z. Hasil riset Alvara Research Center seperti yang dikutip www.dream.co.id menyatakan bahwa level kerentanan stresnya lebih tinggi dibandingkan generasi sebelumnya, yaitu generasi milenial dan generasi X. Senada dengan hal ini, survey yang dilakukan oleh IPSOS seperti yang dikutip oleh DataIndonesia.id pada 2023 lalu menyatakan bila tingkat stressyang dialami Gen-Z lebih tinggi dibanding generasi-generasi sebelumnya.

Perihal tingginya jumlah perokok pada usia muda juga menjadi pertimbangan mengapa mahasiswa perlu dilakukan pemeriksaan kesehatan tahunan secara rutin. SKI Kemenkes RI 2023 menyebut bila perokok usia 15-19 tahun merupakan kelompok perokok terbanyak di Indonesia yaitu sebesar 56,5%.

Adapun parameter pemeriksaan yang penulis sarankan antara lain pengukuran tekanan darah, pengukuran IMT (Indeks massa tubuh), pengukuran kolesterol total, pengukuran LDL, pengukuran trigliserida dan pengukuran glukosa darah. Pengukuran tekanan darah dilakukan untuk mengetahui apakah mahasiswa tersebut masuk kategori hipertensi atau tidak (tekanan darah normal sesuai data dari penyakitmenular.id Kemenkes adalah 120 mm Hg untuk tekanan darah sistolik dan <80 mm Hg untuk tekanan darah diastolic). Jika tekanan darah di atas normal, selanjutnya dapat dilakukan konsultasi kesehatan lebih lanjut. Parameter selanjutnya adalah pengukuran indeks massa tubuh atau disebut juga BMI (Body Mass Index) dengan tujuan mengetahui status gizi (IMT normal menurut www.p2ptm.kemkes.go.id adalah antara 18,5 hingga 25,0). Penting melakukan pengukuran IMT karena bila status gizi obesitas, maka dapat menjadi penyebab munculnya hipertensi.

Adapun pemeriksaan kolesterol dilakukan karena apabila nilai kolesterol total di atas normal dapat memicu munculnya gangguan kesehatan jantung dan stroke yang memicu munculnya hipertensi (nilai normal menurut www.p2ptm.kemkes.go.id adalah <200 mg/dl). Untuk pemeriksaan LDL (low-density lipoprotein) atau dikenal dengan istilah kolestrol jahat diperlukan karena apabila nilai LDL di atas optimal maka dapat memicu penumpukan kolesterol di arteri yang merupakan pemicu gangguan jantung (nilai optimal menurut www.p2ptm.kemkes.go.id adalah <100 mg/dl). Pun pemeriksaan trigliserida atau lemak dalam darah dilakukan karena apabila kadar trigliserida terlalu tinggi dapat meningkatkan risiko serangan jantung dan stroke (nilai normal menurut www.p2ptm.kemkes.go.id adalah <150 mg/dl). Sementara pemeriksaan glukosa darah untuk mengetahui kadar gula dalam tubuh yang apabila kadar gula di atas normal dapat memicu terjadinya diabetes (nilai normal menurut www.p2ptm.kemkes.go.id adalah <200 mg/dl untuk gula darah sewaktu/tanpa puasa dan <126 mg/dl untuk gula darah puasa).

Untuk waktu pelaksanaan pemeriksaan kesehatan rutin sebaiknya dilakukan setiap tahun saat masa aktif kegiatan belajar-mengajar pada semester ganjil atau semester genap. Adapun biaya pemeriksaan kesehatan dapat berasal dari SPP, APBD Kota/Kabupaten, APBN, CSR perusahaan-perusahaan, sponsorship atau dana hibah.

Penulis berharap apa yang penulis sampaikan dapat terwujud dengan tujuan mahasiswa kedepannya menjadi rutin untuk melakukan pemeriksaan kesehatan. Atau sekurang-kurangnya untuk pengukuran tekanan darah, IMT, kolesterol total dan glukosa darah sewaktu. Sehingga walaupun setelah bekerja nanti pihak perusahaan tidak melakukan pemeriksaan kesehatan (MCU) rutin, maka dapat dilakukan secara mandiri. Juga kedepannya kita akan memiliki generasi  yang lebih sehat dan berujung pada peningkatan produktifitas kerja. Serta membantu menurunkan jumlah penderita hipertensi dan penyakit-penyakit berat lainnya yang merupakan dampak dari hipertensi seperti stroke, jantung, ginjal dan lainnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun