"Kita jalankan sebagai bagian dari pembinaan rutin, bukan perubahan besar. Kalau dimulai perlahan, mungkin mereka tidak akan merasa terancam," jelas Pastor Rafael.
Dalam beberapa minggu, rencana itu mulai berjalan. Lukas hadir di pertemuan-pertemuan kecil, memberikan pelatihan tentang makna pelayanan, tata gerak liturgi, dan kedisiplinan. Para anggota muda mulai menunjukkan perubahan. Mereka tampak lebih antusias dan terarah.
Namun, desas-desus mulai menyebar. Tante Margaretha, salah satu senior, berbicara di pertemuan pengurus.
"Saya mendengar Lukas terlibat lagi. Apakah ini keputusan yang bijak?" tanyanya tajam.
"Dia tidak mengambil jabatan apa pun, Tante," jawab Clara, pengurus muda yang mendukung Lukas. "Dia hanya membantu adik-adik memahami tugas mereka."
"Tetap saja. Dengan reputasinya, kita harus berhati-hati. Bagaimana jika ada masalah di kemudian hari?"
Pak Yosef mencoba menenangkan suasana. "Mari kita lihat hasilnya dulu. Jika memang ada manfaat, bukankah kita semua diuntungkan?"
Beberapa hari kemudian, Pastor Rafael menerima surat dari keuskupan. Wajahnya tegang saat mengumumkannya di hadapan para pengurus.
"Saya dipindahkan ke Paroki Y. Ini berarti kita harus mencari moderator baru untuk misdinar."
Semua terdiam. Berita itu mengejutkan. Bahkan Lukas yang diam-diam hadir di belakang gereja merasa terpukul.
Setelah misa malam itu, Pastor Rafael mendekati Lukas di luar gereja.