Dari narasi - narasi yang diucapkan peserta mahasiswa dan mahasiswi atas keterlibatan mereka dalam acara SILAT APIK PTMA 2022, diajak dosen adalah alasan mayoritas mengikuti kegiatan ini. Meski mau tak mau mereka harus ikut;terpaksa, akan tetapi mereka mengindahkan tujuannya menjadi "itung - itung rekreasi mas" ucap beberapa peserta dari PTMA yang diajak ngobrol oleh penulis.
Namun semangat berekreasi mengitari kota yang menjadi tempat perhelatan SILAT APIK yakni Sidoarjo, yang mungkin sudah memetakan tempat - tempat rekreasi seperti lumpur lapindo, alun - alun atau sekedar ngemall dan ngemil haruslah diliputi dengan berpusing ria menghadapi kompetisi yang diadakan dalam kegiatan itu sendiri.
Kegiatan yang dikompetisikan dalam acara SILAT APIK yang diadakam di hari kedua kegiatan, terbagi menjadi kompetisi Tiktok, Jurnalistik Digital, PR Crysis dan fotografi. Meski beberapa kompetisi seperti Tiktok dan Fotografi bersifat menyenangkan karena berbasiskan hobi, akan tetapi kepusingan dalam menyesuaikan karya dengan persyaratan tetaplah bikin gundah kepala serta hati.
Di hari pertama, Sebagaimana layaknya kegiatan kampus, Acara SILAT APIK PTMA yang dilaksanakan di Universitas Muhammadiyah Sidoarjo ini diisi oleh kegiatan seminar yang mungkin antusias mengebu - gebu bagi mahasiswa baru, tetapi jemu atau biasa bagi mahasiswa lama.Â
Meski begitu, seminar yang dihelat dalam acara SILAT APIK memuat esensi yang menarik. Fajar Junaedi, M.Si., dosen Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta sangatlah representatif sebagai seorang dosen ilmu komunikasi.
Secara gelar, ia benar - benar mengimplementasikan Ilmu Komunikasi dengan baik dengan salah satu caranya melakukan komunikasi interaktif serta dapat mempengaruhi peserta untuk antusias dalam mengikuti kegiatan. Hal tersebut terbukti dari banyaknya instagram story yang membahas soal materi yang dibawakan oleh beliau. Secara wawasan, ia sangat memahami isu isu realitas yang berhubungan dengan keilmuan komunikasi serta disampaikan dengan sangat relevan dan mudah dicerna oleh komunikan.
"masa depan bangsa ini bergantung pada jari - jari kalian di media sosial" ucap Fajar Junaedi dalam kalimat penutupnya. Meski terkesan normatif, akan tetapi jika dipahami, memang begitulah adanya.
Fajar Junaedi sebagai narasumber yang nyentrik yang menjadi salah satu topik obrolan di lingkup peserta agaknya menjadi satu titik yang membuat peserta mahasiswa sedikit antusias mengikuti kegiatan selain rekreasi semata. Pada saat penulis melakukan observasi, jika topik obrolannya berkaitan dengan seminar maka Fajar Junaedi akan terlibat dalam topik obrolan tersebut, entah itu sedikit ataupun banyak.
Pantikan antusiasme peserta, selain dari seminar nasional juga dirasakan setidaknya oleh beberapa peserta pada saat mengikuti kompetisi. Salah satu peserta dari kontingen UMBandung, Saskya Hasna Fadhilah berpendapat bahwa diawal kegiatan, ia berekspektasi bahwa pada saat mengikuti kompetisi akan membuat burung - burung berputar dikepalanya, akan tetapi pada saat mengikuti kompetisi, ekspektasi kepusingan yang akan dialami justru malah berubah menjadi antusias untuk menciptakan karya yang unik dan juga menarik.
Terlepas dari perhelatan secara teknis dalam SILAT APIK PTMA, esensi dari kegiatan itu sendiri dapat dirasakan khususnya oleh para peserta. Mungkin awalnya hanya diajak dosen, lalu niatnya berubah menjadi semangat berekreasi setelah sebelumnya pasrah karena tak bisa menolak. Akan tetapi, sedikit banyaknya, perubahan sikap dan atau niat peserta memiliki perkembangan sehingga selain itung - itung main, kegiatannya juga bisa diisi dengan itung - itung belajar. Ditambah dengan adanya kompetisi, setidaknya SILAT APIK PTMA memberikan ruang bagi peserta untuk senantiasa Ber-Fastabiqul Khairat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H