Mohon tunggu...
Haris Atho
Haris Atho Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

mahasiswa dengan minat membaca dan berolahraga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Program Pengabdian Masyarakat Universitas Diponegoro: Pemanfaatan Energi Matahari Untuk Pengering Marning Pada UMKM Snack Kupu Boyolali

2 Januari 2024   13:58 Diperbarui: 2 Januari 2024   14:04 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Petani di wilayah Desa Kragilan, Kecamatan Mojosongo, Kabupaten Boyolali mengalami fluktuasi harga bahan pangan yang signifikan seiring panen raya. Penurunan harga pasca-panen raya menandai peningkatan jumlah bahan pangan di pasaran, sementara sebaliknya, setelah panen raya selesai, harga bahan pangan naik akibat penurunan jumlahnya. Kendati demikian, bahan pangan memiliki sifat "perishable" dengan umur simpan pendek, dan risiko kerusakan akibat aktivitas mikroba dan perubahan fisika-kimia. Proses pengeringan bahan pangan, yang umumnya dilakukan dengan sinar matahari langsung, meski ekonomis, memiliki ketergantungan pada cuaca dan kurang menjaga higienitas.

Musim hujan menjadi tantangan serius bagi UMKM Snack Kupu yang berfokus pada produksi jagung marning skala rumahan. Sinar matahari yang diandalkan untuk mengeringkan jagung marning pada proses produksi tidak mencapai tingkat maksimal cahayanya selama musim hujan. Dampaknya, produksi jagung marning menjadi tidak sesuai harapan dengan kualitas yang kurang optimal, yakni basi dan tidak renyah. Keadaan ini berujung pada terputusnya proses produksi oleh pengusaha jagung marning pada musim hujan, menciptakan ketidakpastian dalam kelangsungan usaha UMKM Snack Kupu.

Gambar 2. Alat pengering marning tipe rak (Dok. pribadi)
Gambar 2. Alat pengering marning tipe rak (Dok. pribadi)

Dalam mengatasi tantangan ini, UMKM Snack Kupu yang bergerak di bidang produksi marning jagung, menghadapi kendala selama musim hujan. Sebagai langkah inovatif, tim pengabdian masyarakat Universitas Diponegoro mengusulkan penggunaan alat pengering energi surya tipe rak menjadi fokus utama. Menggabungkan keunggulan pengeringan buatan dengan sumber energi surya tidak langsung, yang disebut model kolektor. Alat pengering marning tipe rak ini tetap bisa mengeringkan jagung marning dikala cuaca tidak mendukung dan diharapkan produksi UMKM Snack Kupu dapat berlangsung dikala musim hujan.

Penerapan inovasi ini memiliki potensi untuk membawa perubahan signifikan dalam pengolahan marning jagung dan mendukung keberlanjutan rantai pasok pangan di wilayah tersebut. Oleh karena itu, langkah-langkah ini bukan hanya untuk membantu UMKM Snack Kupu tetapi juga menciptakan model inovatif yang dapat diadopsi oleh pelaku industri serupa. Inovasi dalam pengeringan bahan pangan menjadi langkah kunci menuju masa depan yang lebih efisien dan berkelanjutan dalam industri pangan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun