Mohon tunggu...
Abdul Haris
Abdul Haris Mohon Tunggu... Bankir - Menulis Untuk Berbagi

Berbagi pemikiran lewat tulisan. Bertukar pengetahuan dengan tulisan. Mengurangi lisan menambah tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Menuju Indonesia Emas Tanpa Cemas

5 Januari 2025   18:24 Diperbarui: 5 Januari 2025   18:24 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

"Indonesia emas, bukan Indonesia cemas" kelakar jurnalis senior Desi Anwar dalam suatu wawancara.

Ya, kita sudah memasuki 2025. Perjalanan menuju Indonesia emas 2045 adalah 20 tahun ke depan. Logis saja untuk mencapai era keemasan mendatang masih ada kecemasan. Perasaan itu muncul karena adanya persoalan lama yang belum terselesaikan sekaligus persoalan baru disaat mendatang.

2 Dekade Lalu

Sebelum menerawang 2 dekade ke depan, kita tengok sejenak 2 dekade silam. Apa saja yang telah negeri ini lalui? Melihat masa lalu sebatas untuk menarik pelajarannya, bukan menjadikannya tolok ukur pencapaian mendatang. Nasib bangsa tidak bisa dirumuskan dengan deret hitung.

2005 boleh dikatakan merupakan awal periode tercapainya stabilitas politik pasca reformasi 1998. Sebelumnya, dalam kurun waktu 6 tahun, terjadi 4 kali pergantian presiden. Pergantian kepala negara melalui proses luar biasa itu mengakibatkan instabilitas politik. Kondisi itu secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi kestabilan ekonomi. 

Dalam masa kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, relatif tidak ada gejolak politik. Hasilnya, terdapat pencapaian ekonomi yang gemilang. Laju pertumbuhan ekonomi kerap di atas 6 persen. Bahkan, sempat mencapai 6,5 persen pada 2011.

Prestasi itu diraih di tengah berbagai tantangan. Pada waktu itu, Indonesia sempat mengalami inflasi tinggi hingga 2 digit. Diantaranya, pada 2005 sempat menyentuh 17,11 persen.

Ekonomi Indonesia, yang sebetulnya baru pulih dari krisis moneter, juga mendapatkan ujian ancaman krisis global 2008 akibat kasus subprime mortgage di Amerika Serikat (AS). Bermodalkan pengalaman menangani krisis sebelumnya,  Indonesia mampu melewati krisis global itu. Pertumbuhan ekonomi dan inflasi tetap terjaga, tingkat pengangguran terus menurun, dana asing kembali masuk, dan kondisi perbankan terjaga dengan baik.

Pada 2014, kepemimpinan Indonesia berpindah ke Presiden Joko Widodo. Periode itu menorehkan prestasi inflasi dalam level rendah. Angkanya tidak lagi pernah menembus 2 digit. Prestasi itu diiringi dengan tantangan yang sangat berat. 

Pada 2020, Indonesia terimbas dampak pandemi. Ekonomi nyaris mati akibat pembatasan aktivitas fisik. Pertumbuhan ekonomi sempat menyentuh angka negatif. Defisit keuangan negara sulit dicegah karena tingginya biaya penanganan Covid-19. Untuk mengatasinya, pemerintah dan Bank Indonesia mengambil kebijakan terobosan burden sharing untuk mengurangi defisit anggaran negara.  

Dalam kondisi mendesak itu terjadilah percepatan digitalisasi ekonomi di Indonesia. Aktivitas ekonomi tanpa sentuh yang digantikan oleh teknologi mulai umum dilakukan. Yang mana, pasca pandemi, dunia internasional menempatkan digitalisasi ekonomi sebagai masa depan kehidupan. Indonesia pun dengan cepat mampu beradaptasi mengikutinya. Bahkan, termasuk negara yang aktif mempelopori inovasi pengembangan ekonomi digital. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun