Mohon tunggu...
Abdul Haris
Abdul Haris Mohon Tunggu... Bankir - Menulis Untuk Berbagi

Berbagi pemikiran lewat tulisan. Bertukar pengetahuan dengan tulisan. Mengurangi lisan menambah tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Menuju Indonesia Emas Tanpa Cemas

5 Januari 2025   18:24 Diperbarui: 8 Januari 2025   05:16 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi-- Menuju Indonesia Emas. (KOMPAS/HERYUNANTO)

Dalam kondisi mendesak itu terjadilah percepatan digitalisasi ekonomi di Indonesia. Aktivitas ekonomi tanpa sentuh yang digantikan oleh teknologi mulai umum dilakukan. Yang mana, pasca pandemi, dunia internasional menempatkan digitalisasi ekonomi sebagai masa depan kehidupan. Indonesia pun dengan cepat mampu beradaptasi mengikutinya. Bahkan, termasuk negara yang aktif mempelopori inovasi pengembangan ekonomi digital. 

Tantangan dari eksternal berupa tensi geopolitik yang tinggi muncul pula. Saat itu, terjadi perang dagang antara AS dengan China yang sempat mengganggu aktivitas perdagangan internasional. Gangguan perdagangan juga terjadi akibat perang Rusia dan Ukraina yang tidak kunjung berakhir. Ditambah lagi, konflik beberapa negara timur tengah yang terus meluas.

Menuju Indonesia Emas    

Selama 20 tahun, sudah banyak perubahan dan pencapaian meskipun dihadang beragam tantangan. Semua itu sudah berlalu, yang tersisa semestinya adalah pembelajaran dan hal-hal baik yang masih perlu diteruskan. Hingga mendekati akhir 2024, transisi kepemimpinan negara berjalan relatif mulus. Presiden Prabowo Subianto masih membutuhkan banyak perjuangan untuk mewujudkan Indonesia emas 2045. 

Mengawali 2025, Indonesia dihadapkan pada tantangan ekonomi yang berat. Kewaspadaan terhadap potensi turunnya kesejahteraan masih ada. Menurunnya jumlah kelas menengah tetap menjadi peringatan penting. 

Deflasi yang terjadi berkali-kali disertai angka pertumbuhan ekonomi yang menurun sering dikaitkan dengan indikator daya beli masyarakat yang melemah. Indikator itu juga diperlihatkan dari trend "makan tabungan". Benang kusut kelas menengah harus diurai. Mengingat, kelas tersebut berperan dominan dalam pergerakan ekonomi. Apabila tidak teratasi maka Indonesia akan sulit membebaskan diri dari middle income trap. 

Patut diapresiasi, menjelang tutup tahun, pemerintah berhasil meredam kekhawatiran masyarakat mengenai kenaikan pajak dengan membatasi objek terdampak hanya pada barang mewah. Meskipun, sementara pihak menganggap langkah itu terlambat.

Kekhawatiran masyarakat tidak boleh diabaikan. Alasannya, dari situlah bisa tercipta ekspektasi yang salah. Contohnya, kekhawatiran berlebihan kenaikan pajak dapat memantik kenaikan harga barang-barang yang bisa memicu inflasi. 

Tantangan eksternal juga masih mengintai karena konflik beberapa negara yang tidak berkesudahan. Ditambahkan lagi, kemungkinan adanya kebijakan ekonomi tidak populer dari presiden baru AS, Donald Trump.  

8 Persen 

Cita-cita mencapai pertumbuhan ekonomi 8 persen perlu diupayakan maksimal. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi terkait erat dengan daya beli yang makin baik serta konsumsi yang meningkat, lapangan kerja yang luas, dan daya saing tinggi produk ekspor. Jika berhasil dicapai, tidak hanya persoalan kelas menengah bisa teratasi, cita-cita meng-emaskan Indonesia semakin nyata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun