Kondisi tersebut layak disebut anomali sehingga sulit memprediksinya. Oleh karenanya, sekali lagi, memilih kebijakan yang lebih terukur dampaknya tetap lebih baik dilakukan saat kondisi krisis.
Kompleksitas Ekonomi
Waktu membuktikan bahwa tantangan ekonomi dengan berbagai bentuknya tidak pernah berhenti menguji.Â
Gejolak inflasi tahun 1960an, krisis moneter 1998, dan pandemi Covid telah berhasil dilalui. Belakangan, Indonesia beserta negara-negara lainnya sedang berjuang menghadapi pengaruh geopolitik yang belum juga berakhir. Kalau pun itu berhasil juga dituntaskan, tidak ada jaminan ekonomi akan berjalan lenggang hingga akhir zaman.Â
Seiring dengan dinamika ekonomi yang semakin cepat, misalnya kemunculan ekonomi digital dan integrasi perekonomian global yang makin kuat, kompleksitas yang dihadapi pun semakin meningkat.
BI sebagai bank sentral telah mengadopsi strategi mutakhir berupa bauran kebijakan. Artinya, kebijakan yang diterapkan tidak hanya berpusat pada bidang moneter, yang di dalamnya terdapat pengendalian uang beredar, tetapi juga dikaitkan dengan kebijakan makroprudensial dan manajemen aliran modal asing.
Tidak berhenti di situ, koordinasi antara pemerintah dengan lembaga-lembaga negara pemangku kebijakan ekonomi semakin intensif, seperti melalui Komite Stabilitas Sistem Keuangan. Bagaimanapun, kebijakan yang dikeluarkan salah satu pihak dapat mempengaruhi pihak lainnya, baik seara langsung maupun tidak.
Dengan solidnya koordinasi, maka kebijakan yang diambil pemerintah dan masing-masing lembaga tidak tumpang tindih, efektif, dan sejalan menuju perekonomian bangsa yang gemilang
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H