Hutang dimaksud pada 1961 hingga 1966 terus naik. Peningkatan tertinggi terjadi pada tahun 1964 dan 1965. Hal tersebut merupakan penyebab utama terjadinya hiperinflasi hingga 635% pada 1966.Â
Rangkaian peristiwa ekonomi itu sebagian diintisarikan dari buku Bank Indonesia Dalam Perjalanan Pembangunan Ekonomi Indonesia 1953-2003.
Krisis Moneter 1998
Menjelang berakhirnya orde baru, terjadi krisis multidimensi di Indonesia, termasuk sektor ekonomi.Â
Kepercayaan masyarakat pada perbankan mencapai titik nadir pada 1998. Indikatornya adalah terjadi penarikan dana besa-besaran dari dari bank. Akibatnya, perbankan mengalami kekurangan dana atau likuiditas. Kondisi diperarah oleh anjloknya nilai tukar Rupiah terhadap dollar Amerika Serikat.Â
BI pun mengambil kebijakan penyuntikan dana ke pasar dalam jumlah sangat besar ke pasar dalam beberapa waktu. Kebijakan itu mengakibatkan lonjakan inflasi beberapa waktu, puncaknya mencapai 58%. Begitu pula saat pertumbuhan uang beredar mereda, inflasi juga kembali melemah.Â
Sebagian ulasan tersebut dikutip dari buku Uang oleh Solikin dan Suseno.
Uang Beredar dan Inflasi
Pengalaman hiperinflasi dan krisis moneter memberikan pembelajaran besarnya pengaruh uang beredar di negeri ini.
Mengendalikan jumlah uang beredar merupakan bagian dari kebijakan moneter BI guna mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Ukuran kestabilan tersebut diantaranya dari perkembangan harga barang dan jasa yang wajar, yang tercermin dari inflasi yang rendah dan stabil.
Kebijakan moneter lainnya, berupa nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing yang stabil, juga diperlukan agar inflasi terjaga.