Analoginya, ketika berpuasa orang mengurangi konsumsi makan. Dengan mengurangi makan, semestinya mengurangi belanja makanan.Â
Uniknya, pada bulan Ramadan hingga Idul Fitri, nampak pembelanjaan orang justru meningkat. Secara kasat mata, kita sudah bisa menilai, pada periode tersebut belanja rumah tangga merangkak bakalan naik.
Lalu, apabila ditilik secara statistik, Badan Pusat Statistik (BPS) sudah mewanti-wanti untuk mewaspadai terjadinya kenaikan harga secara umum pada momen bulan Ramadan. Hal itu ditunjukkan dari data historis perkembangan inflasi, dimana pada momen Ramadan selalu terjadi inflasi.Â
Masih menurut BPS, beberapa komoditas yang berpotensi memberikan andil terhadap inflasi umum diantaranya adalah komoditas pangan.
Ya memang, jika dikaitkan dengan ibadah puasa, sekilas perilaku konsumsi tinggi itu seperti sebuah anomali.Â
Apakah Salah?
Konsumsi tinggi tersebut merupakan salah satu pemicu inflasi. Biasanya, inflasi diidentikkan sebagai momok yang kudu diperangi. Meningkatnya inflasi menjadi catatan buruk perekonomian di daerah bahkan nasional.Â
Wajar juga karena inflasi yang tinggi mengakibatkan biaya hidup yang mahal. Jika tidak terkendali, tidak mustahil akan mengantarkan pada kemiskinan.
Sesuai data BPS, inflasi pada hari besar keagamaan nasional seperti saat ini merupakan fenomena berulang. Artinya, bukan hal yang mengejutkan lagi atau sudah terprediksi.Â
Konsumsi tinggi pada momentum suci itu sudah menjadi tradisi. Nyaris tidak mungkin untuk mengubah perilaku yang ada.Â