Dengan dominasinya itu, kajian The Fed (bank sentral AS) menyebutkan bahwa dollar AS dapat menciptakan suatu mekanisme yang disebut Imperial Circle. Kondisi di mana ketika nilai dollar AS menguat maka akan memperlambat laju perdagangan dan pertumbuhan ekonomi dunia.
Dari situlah The Fed dapat mengontrol laju perekonomian global dengan menaikkan atau menurunkan suku bunga acuannya. Ketika suku bunga naik, AS dapat menarik banyak investor asing kembali berinvestasi di AS yang tentunya dalam bentuk dollar. Â Â Â Â Â Â
Mulai Gerah
Terlalu dominannya AS dalam aspek ekonomi, yang merembet pada kuatnya posisi dalam mempengaruhi kebijakan dunia, ternyata membuat banyak negara mulai gerah. Â Â
Reuters mencatat adanya upaya pengurangan ketergantungan pada dollar AS yang ditunjukkan dari beberapa indikator penurunan statistik. Cadangan devisa global sebesar 59% pada 2022 sebetulnya telah menurun jika dibandingkan pada 1999 yang masih sebesar 70%. Kontribusi AS terhadap output ekonomi dunia juga berkurang dari 32% pada 1980 menjadi 24% pada 2020.
Meskipun dominasi dollar AS mengalami penurunan, posisinya masih kuat sehingga tidak bisa secara serta merta negara-negara di dunia melepaskan diri dari keterikatan dengan mata uang tersebut. Belum lagi, kemungkinan tekanan politik dan keamanan yang bisa dimunculkan AS sewaktu-waktu jika ada negara yang agresif mengambil kebijakan pelepasan dollar.
Dengan demikian, strategi yang paling realistis dilakukan oleh negara-negara di dunia, termasuk Indonesia, ialah mengurangi ketergantungan terhadap dollar AS secara bertahap. Â
Mengurangi Ketergantungan
Langkah mengurangi ketergantungan pada dollar AS sudah banyak dilakukan berbagai negara. Upaya pengurangan yang paling nampak adalah melalui jalur sistem pembayaran.
Penggunaan mata uang lokal dalam transaksi keuangan dan ekonomi (Local Currency Transaction/LCT) merupakan strategi yang semakin populer belakangan ini. Dengan LCT maka penyelesaian transaksi antara dua negara menggunakan mata uang masing-masing negara, tidak perlu lagi menggunakan cross currency rate dollar AS. Â
Ilustrasinya, ketika Indonesia melakukan transaksi dengan Malaysia menggunakan mata uang Rupiah, maka kurs yang diperhitungkan langsung dari Ringgit ke Rupiah. Berbeda ketika tanpa LCT, maka kurs Ringgit harus dikonversikan ke dollar AS. Selanjutnya, dari dollar As dikonversikan lagi ke Rupiah. Hasilnya, ketergantungan dengan dollar AS bisa dieliminasi.