Mohon tunggu...
Abdul Haris
Abdul Haris Mohon Tunggu... Bankir - Menulis Untuk Berbagi

Berbagi pemikiran lewat tulisan. Bertukar pengetahuan dengan tulisan. Mengurangi lisan menambah tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Konektivitas Pembayaran Antarnegara untuk Efisiensi dan Resiliensi Ekonomi

13 November 2023   18:45 Diperbarui: 16 November 2023   01:00 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Belum lagi tuntas perseteruan Rusia dengan Ukraina, konflik Palestina dengan Israel mencuat kembali. Seperti biasa, meskipun sebatas persoalan bilateral, kekhawatiran munculnya dampak rembetan akibat konflik-konflik itu sulit dihindarkan.

Sektor ekonomi merupakan aspek kehidupan yang sangat rentan terhadap dampak tersebut. Berbagai indikator seperti mengingatkan efek rembetan yang memang nyata. Sebut saja, lonjakan inflasi dan jatuhnya nilai tukar mata uang di berbagai negara.

Ketidakpastian yang mengguncang perekonomian global seperti momentum yang tidak pernah ada akhirnya. Silih berganti tantangan bermunculan, dari pandemi virus hingga perang. Tidak ada jaminan bahwa selesainya satu persoalan akan membuahkan kestabilan.

Tak bisa dipungkiri, bangsa-bangsa di dunia tidak mungkin berpangku tangan menanti kondisi tenang. Mereka mesti berinovasi guna mencari solusi menyelamatkan perekonomian negerinya, di tengah ketidakpastian yang tidak akan pernah pasti.

Koneksi Pembayaran Antarnegara

Salah satu inovasi yang belakangan banyak dilakukan adalah pembentukan dan penguatan konektivitas ekonomi antarnegara. Memang, langkah semacam itu bukan hal baru. Hanya saja, aktivitas yang saat ini dikembangkan dapat dikatakan tepat sasaran dan sesuai kebutuhan.

Aktivitas yang dikembangkan itu adalah konektivitas pembayaran. Bagaimanapun, sistem pembayaran merupakan komponen utama yang menentukan keberhasilan transaksi ekonomi lintas negara.

Oleh karenanya, kelancaran dan efisiensi sistem pembayaran berpengaruh terhadap pergerakan ekonomi dari satu bangsa ke bangsa lain. Dengan makin lancar dan efisiennya sistem pembayaran, maka diharapkan makin terdongkrak pula perekonomian antarnegara.

Kita lihat saja apa yang sudah dilakukan Indonesia dalam menerapkan strategi konektivitas tersebut.

Konektivitas Kawasan

Keketuaan Indonesia dalam ASEAN 2023 merupakan momentum tepat untuk mendorong percepatan konektivitas sistem pembayaran di kawasan ASEAN.

Tahapan awal penguatan konektivitas di lingkup kawasan tersebut sudah tepat. Alasannya, adanya koneksi sektor ekonomi yang sudah dibangun sejak lama melalui ASEAN. Misalnya, keberadaan Masyarakat Ekonomi ASEAN sejak 2003. 

Selain itu, sudah ada pengenalan karakter antarnegara anggota yang nantinya memperlancar implementasi kerjasama.

Respon anggota ASEAN untuk mendukung konektivitas pun telah seragam. Diawali dengan penandatanganan Nota Kesepahaman Kerja Sama Konektivitas Pembayaran antara 5 bank sentral yaitu Indonesia, Thailand, Singapura, Malaysia, dan Filipina (ASEAN-5) pada KTT G20 November 2022. Terakhir, Vietnam bergabung pada Agustus lalu.

Ada juga, penandatanganan Declaration on Advancing Regional Payment Connectivity and Promoting Local Currency Transaction oleh seluruh anggota saat perhelatan ASEAN Summit 2023.

Potensi Koneksi

Urgensi konektivitas sistem pembayaran di kawasan ASEAN memang tinggi. Faktor pendorong utamanya adalah kebutuhan pemulihan ekonomi pasca pandemi, di tengah ketidakpastian geopolitik yang berpotensi mengganggu aktivitas perekonomian kawasan.

Kita lihat kekuatan ekonomi ASEAN. Pada 2022, organisasi tersebut berhasil mencatatkan banyak pencapaian gemilang, diantaranya Gross Domestic Product (GDP) sebesar USD3,6T atau 3,6% dari GDP global, nilai perdagangan sebesar USD3,8T, dan investasi sebesar USD224,2M.

Dengan adanya konektivitas sistem pembayaran, maka raihan dimaksud diharapkan meningkat. Kekuatan ekonomi kawasan pun akan terjaga serta berdaya saing tinggi.

Implementasi Koneksi

Langkah konektivitas sudah banyak nampak. Sepertihalnya yang telah dan sedang dilakukan oleh Indonesia melalui Bank Indonesia (BI).

Pertama, interkoneksi pembayaran menggunakan QR code lintas negara antara Indonesia dengan Thailand dan Malaysia, serta menyusul Singapura. Hasilnya, transaksi memanfaatkan QRIS bisa dilakukan di negara-negara mitra tersebut.

Kedua, kerjasama penggunaan mata uang lokal (local currency transaction) antara Indonesia dengan Thailand dan Malaysia. Dengan kesepakatan itu, maka konversi kurs mata uang dengan negara mitra lebih murah.

Ketiga, BI dan beberapa bank sentral anggota ASEAN bekerjasama dengan Bank for International Settlement sedang menjajaki penerapan transfer lintas negara memanfaatkan teknologi fast payment (Proyek Nexus). Tujuan proyek tersebut ialah menyediakan layanan transfer antarnegara yang real-time dan  berbiaya rendah. Kurang lebih mirip layanan transfer BI Fast di Indonesia.

Di luar kerjasama kawasan ASEAN, Indonesia malah telah memperluas kerjasama dengan negara lainnya, yang merupakan mitra dagang strategis. Seperti, China dan Jepang terkait pemanfaatan local currency.

Kuat dengan Konektivitas   

Tidak berlebihan jika dikatakan konektivitas pembayaran sudah menjadi keniscayaan. Pergolakan negara-negara lain terbukti dampaknya cukup menular (contagious). 

Indonesia dan banyak Negara lainnya tentunya tidak bisa turut campur atau menghentikan pergolakan tersebut. Jadi, tindakan relistis yang mampu dilakukan adalah mengupayakan peningkatan proteksi negara kita.

Melalui konektivitas pembayaran itulah setidaknya Indonesia dan negara mitra sudah bisa mempertebal proteksi, sshingga mengurangi risiko penularan. 

Konektivitas akan menciptakan efisiensi dan meningkatkan kemandirian ekonomi. Pada akhirnya, menghasilkan daya tahan tinggi (resiliensi) terhadap gempuran tantangan global, kapanpun dan dalam bentuk apapun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun