Mengupayakan perwujudan tujuan wisata yang bisa mengajak wisatawan untuk kunjungan berulang. Bukan pariwisata yang sekali kunjung tok, terus kapok.
Ada hal-hal sederhana yang kerap diabaikan di lingkungan sekitar obyek wisata yang berdampak pada ketidaknyamanan wisatawan, misalnya:
Keramahtamahan (hospitality) kepada wisatawan. Umumnya pendatang mengharapkan sambutan yang ramah, sopan, dan santun.
Atau, pengeluaran yang tidak terduga. Mungkin diantara kita pernah mengunjungi suatu obyek lalu dikenakan tarif parkir yang mahal oleh pemungut tidak resmi. Bisa juga, membeli souvenir dan membayar makanan dengan harga yang tidak wajar. Itu adalah contoh pengeluaran tak terduga yang tentu tidak mengenakkan.
Meskipun peristiwa di atas adalah sesuatu yang sepele, namun pengalaman tersebut dapat memberikan kesan yang tidak baik bagi wisatawan. Dampaknya, keinginan untuk kembali ke obyek dimaksud akan hilang.
Loyalitas Wisatawan
Kesan yang baik harus melekat untuk membentuk loyalitas wisatawan. Loyalitas dimaksud akan mengantarkan pada pengembangan pariwisata yang berkelanjutan.
Mengutip kajian dari Universitas Windsor berjudul Factors Affecting Repeat Visitation and Flow-on Tourism as Sources of Event Strategy Sustainability, strategi pariwisata berkelanjutan terkait dengan kemampuan untuk membangkitkan kunjungan berulang (repeat visitation) dan kesan positif (positive word-of-mouth).
Getok Tular
Saat ini, suatu kesan mudah dan cepat sekali menular karena media komunikasi mutakhir, diantaranya media sosial. Sudah pasti, dalam dunia wisata kesan yang menyebar tersebut diharapkan adalah kesan yang positif.
Pesan berantai (getok tular) melalui media sosial merupakan media promosi yang sangat efektif. Dengan cara itulah maka tingkat kunjungan wisata diharapkan dapat terus dilipatgandakan.