Mohon tunggu...
Abdul Haris
Abdul Haris Mohon Tunggu... Bankir - Menulis Untuk Berbagi

Berbagi pemikiran lewat tulisan. Bertukar pengetahuan dengan tulisan. Mengurangi lisan menambah tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Kartu Kuning Danau Toba, Early Warning Pariwisata Indonesia

4 November 2023   22:53 Diperbarui: 6 November 2023   14:58 451
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Danau Toba di Sumatera Utara (Shutterstock/Andi syahputra via KOMPAS.com)

Pembelajaran Berharga

Peringatan yellow card Danau Toba hendaknya bisa menjadi early warning atau malah pembelajaran berharga bagi pengelolaan pariwisata di Indonesia. Mengingat, pariwisata Indonesia saat ini sedang memasuki momentum kebangkitannya, pasca terpuruk karena Pandemi Covid-19.

Sejumlah trend peningkatan seperti, jumlah kunjungan, tingkat hunian hotel, frekuensi penerbangan, bahkan devisa negara, membuktikan momentum pemulihan sektor pariwisata.

Pemerintah pun sebenarnya telah memetakan beragam hambatan dan menyiapkan banyak strategi pemanfaatan peluang sektor pariwisata. Semuanya sudah terangkum dalam Outlook Pariwisata 2023/2024 yang dirilis Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

Lalu, dari sudut pandang saya sebagai masyarakat, ada beberapa poin yang bisa menjadi bahan evaluasi.

Kelembagaan Pengelolaan

Merujuk rekomendasi UNESCO, lembaga internasional tersebut menyoroti pengoptimalan peran lembaga pengelola Toba Caldera.

Obyek wisata, khususnya wisata alam, tidak bisa hanya bergantung pada keindahan alam yang sudah tersedia (given). Perlu adanya pihak yang berperan mengelola obyek tersebut. Tentunya tidak harus suatu lembaga resmi semacam badan otorita. Bisa saja, masih sebatas kelembagaan informal bentukan penduduk sekitar, seperti Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) atau karang taruna.

Penunjukkan satu pihak sebagai pengelola akan mempermudah manajemen obyek wisata. Maksudnya, dengan mekanisme satu pintu, strategi pengembangan obyek akan lebih jelas, terarah, dan terkoordinir dengan baik.

Contoh, Sugeng Handoko bersama Pokdarwis Nglanggeran Gunung Kidul yang sukses menggarap desa gersang dan miskin di sana menjadi wisata Gunung Purba. Kawasan tersebut bahkan termasuk dalam geosite Gunung Sewu yang diakui UNESCO Global Geopark.

Kunjungan Berulang

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun