Mohon tunggu...
Abdul Haris
Abdul Haris Mohon Tunggu... Bankir - Menulis Untuk Berbagi

Berbagi pemikiran lewat tulisan. Bertukar pengetahuan dengan tulisan. Mengurangi lisan menambah tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Indonesia Menyambut Revenge Travel

26 Oktober 2023   05:30 Diperbarui: 26 Oktober 2023   07:00 684
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi wisatawan di Bali.(Shutterstock/Davide+Angelini via Kompas.com)

Sebagaimana disinggung di atas, LCT ini merupakan penyelesaian transaksi yang dilakukan secara bilateral oleh pelaku usaha di Indonesia dan negara mitra dengan menggunakan mata uang masing-masing negara.

Ringkasnya, transaksi antara dua negara bisa langsung menggunakan mata uang lokal kedua negara itu tanpa dikonversi ke dolar. Berbeda dengan transaksi di luar LCT, yang mana kurs mata uang kedua negara harus melalui cross currency rate (dolar). Kesimpulannya, dengan LCT, biaya transaksi menjadi lebih murah ketimbang di luar LCT.

Penerapan LCT ini diawali dengan kerja sama antar dua negara yang diwakili bank sentralnya masing-masing. Hingga saat ini, BI telah menjalin kerja sama LCT dengan bank sentral di Malaysia, Thailand, Jepang, dan China. Dalam waktu dekat, akan dikembangkan dengan Singapura dan Korea Selatan.

Kaitannya dengan sektor wisata, dengan adanya kerja sama LCT dengan beberapa negara tersebut maka akan dihasilkan efisiensi konversi kurs. Para wisatawan pun bisa menghemat pengeluaran biaya untuk konversi mata uang sehingga dapat mengoptimalkan pengeluarannya guna bertransaksi di sektor riil. 

Tidak kalah penting, kerja sama LCT dapat mengurangi ketergantungan pada dolar Amerika. Dengan demikian, dampak dari flukstuasi nilai dolar ke mata uang lokal terhadap sektor pariwisata dapat diminimalisasi. 

Pemulihan Ekonomi

Momentum revenge travel ini menjadi kesempatan Indonesia untuk mendorong pemulihan ekonomi pasca pandemi. Belakangan ini memang mulai bermunculan tantangan-tantangan baru. 

Di antaranya, terjadinya inflasi di berbagai negara yang berpotensi mempengaruhi daya beli masyarakat global. Efeknya bisa merembet pada menurunnya preferensi untuk berwisata.

Namun, tantangan nampaknya tidak akan pernah habis, selalu bermunculan dengan bentuknya yang berlainan. Jadi, yang perlu dilakukan adalah tetap mempersiapkan diri menghadapi momentum yang ada saat ini. 

Penguatan sistem pembayaran merupakan langkah strategis guna memberikan daya tarik kemudahan bagi wisatawan. Sekaligus, memastikan pariwisata mampu mempersembahkan berkah pendapatan bagi negera kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun