Sektor pariwisata diharapkan mulai recovery di tahun 2023 ini dan akan kembali seperti sebelum pandemi pada tahun 2024.Â
Pada periode tersebut akan terjadi suatu "revenge travel", istilah yang menggambarkan perilaku kompensasi masyarakat yang telah kehilangan waktu berwisata selama pandemi. Hal itu sebagaimana dijelaskan dalam kajian ASEAN+3 Regional Economic Outlook 2023.
Revenge Travel ke Indonesia
Fenomena revenge travel sudah mulai nampak di Indonesia. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan akumulasi kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia periode Januari-Agustus 2023 telah mencapai 7,44 juta kunjungan. Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, terjadi peningkatan signifikan sebesar 166,12%.
Untuk wisatawan nusantara, BPS mencatat kunjungan pada semester I-2023 sudah mencapai 433,57 juta perjalanan. Jumlah tersebut naik sebesar 12,57% dibandingkan semester I-2022.
Dengan tingkat kunjungan yang tinggi itu, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) telah menargetkan perolehan devisa pariwisata sebesar $9,99M dan kontribusi Produk Domestik Bruto Pariwisata sebesar 4,1% pada tahun 2023.Â
Sesuai kajian Outlook Pariwisata Kemenparekraf, melonjaknya aktivitas wisata tersebut tidak terlepas dari adanya relaksasi kebijakan berupa pelonggaran kepada 43 negara melalui penggunaan visa on arrival dan bebas visa kunjungan untuk negara ASEAN.Â
Dengan melihat tren berjalan, momentum kebangkitan sektor pariwisata kemungkinan masih terus berlanjut. Oleh karenanya, ada banyak hal yang perlu dipersiapkan untuk menyambut momentum itu. Salah satu yang sangat penting adalah kelancaran sistem pembayaran.Â
Pentingnya Sistem Pembayaran (Pembelajaran Kasus di Bali)
Bagaimanapun, sistem pembayaran ini merupakan gerbang awal (entry point) diperolehnya nilai tambah aspek keuangan dari sektor pariwisata. Aspek tersebut nantinya berkontribusi pada pendapatan negara.Â