Meskipun berbagai amunisi pengendalian inflasi pangan telah dikeluarkan pemerintah, kenaikan harga komoditas bergejolak itu masih terus membayangi perekonomian negeri. Belum selesai persoalan beras, Badan Pusat Statistik sudah mewanti-wanti trend kenaikan komoditas gula pasir dan cabai rawit di pertengahan Oktober ini.
Persoalan inflasi memang kompleks, banyak faktor saling berkaitan. Selain kelangkaan stok, masih ada faktor-faktor lain yang bisa mempengaruhinya. Sebut saja, pelemahan rupiah yang dapat berimbas pada biaya impor pangan, misalnya beras.
Lalu, geopolitik negara-negara konflik, yang dapat mengerek harga minyak bumi. Ujung-ujungnya, kondisi itu dapat mempengaruhi harga bahan bakar minyak domestik, kemudian merembet pada biaya distribusi komoditas pangan. Lagi-lagi, harga komoditas tersebut bakalan merangkak ke atas. Â
Singkatnya seperti itu skenario pesimisnya, kondisi masih bisa berubah dipengaruhi kebijakan para pengambil keputusan.
Jadi, dari sisi masyarakat sebagai konsumen, apakah tidak bisa berbuat apa-apa selain pasrah? Tentu tidak. Masih ada yang bisa kita lakukan untuk tetap bertahan.
Life is Easy. Why do We Make it so Hard?
Kalimat yang  diutarakan seorang pria berpakaian sahaja saat tampil dalam channel TEDx Talk. Namanya Jon Jandai, memperkenalkan diri sebagai seorang petani dari Thailand.
Mengawali hidup di lingkungan desa yang miskin, Jandai pun berupaya memperbaiki nasib dengan melakukan berbagai macam pekerjaan di kota. Sayang sekali, kerja keras tersebut belum bisa melepaskan dia dari jeratan kemiskinan. Penghasilan yang diperolehnya hanya cukup untuk biaya hidup sehari-hari, tanpa menyisakan buat simpanan.
Akhirnya, Jandai pun memutuskan kembali ke kampung halaman dengan tekad mencoba cara hidup baru agar terbebas dari kemiskinan. Pengalaman sulit ketika pemenuhan kebutuhan tergantung dari pihak lain, membuahkan ide penerapan strategi hidup mandiri (self-reliance). Â
Dia pun mulai mencoba memenuhi semua kebutuhan sehari-hari sendiri tanpa membeli. Seperti halnya, menanam tanaman pangan di lingkungan sendiri sekaligus memasaknya sendiri. Tidak hanya urusan pangan, bersama komunitasnya, Jon juga membangun rumah sendiri, membuat sabun dan shampo sendiri, bahkan pengobatan sendiri. Semuanya dilakukan dengan memanfaatkan bahan-bahan alam.
Bersama dengan keluarga dan teman-temannya, Jon Jandai lalu mendirikan komunitas yang disebut Pun Pun. Komunitas itu mempunyai banyak tujuan sosial, diantaranya menjual hasil pertanian mereka sekaligus mengedukasi masyarakat mengenai bertani mandiri. Mencakup, teknik pengelolaan pertanian dari hulu hingga hilir, sehingga dari produksi sampai konsumsi bisa dilakukan sendiri.