Mohon tunggu...
Abdul Haris
Abdul Haris Mohon Tunggu... Bankir - Menulis Untuk Berbagi

Berbagi pemikiran lewat tulisan. Bertukar pengetahuan dengan tulisan. Mengurangi lisan menambah tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Investasi Tertepat, Bukan Tercepat

16 Agustus 2023   20:15 Diperbarui: 16 Agustus 2023   20:25 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Jika kita tarik pembelajaran dari berbagai kasus penipuan investasi, ada kemiripan pola ajakan yang dilakukan pelaku. Pola itu adalah tawaran investasi yang cepat untung besar, cepat balik modal, sehingga cepat kaya raya.

Yah begitulah, pelaku memanfaatkan insting manusia yang cenderung menyukai sesuatu yang instan.  

Dalam keyataannya, sulit sekali menemukan investasi sesuai dengan rumus serba cepat. Kalau pun ada dan bukan penipuan, mungkin itu kebetulan atau persentase kejadiannya sangat kecil. Misalnya, di beberapa daerah belakangan ini ada masyarakat yang tanahnya akan dibeli untuk jalan tol sehingga ganti untungnya melejit dalam waktu singkat.

Jadi, kita harus berpikir realistis bahwa investasi itu membutuhkan waktu. Untuk itulah, memutuskan berinvestasi bukan diukur dari kecepatannya, tapi ketepatannya. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menentukan ketepatan tersebut.

Toleransi Risiko

Sudah banyak media memberitakan investor mengalami depresi karena investasinya merugi. Untuk menghindari kondisi itu, perlu kiranya mengukur profil atau toleransi risiko (risk appetite) masing-masing. Setiap orang memiliki tingkat toleransi yang berbeda. Ada yang pengambil risiko (risk taker), menengah (moderate), dan penghindar risiko (risk averter).

Saat ini, banyak platform investasi yang menyediakan menu pengukuran profil risiko calon investornya. Dari hasil pengukuran itu maka platform dapat memberikan rekomendasi investasi yang cocok.

Misalnya, jika risk taker direkomendasikan membeli reksa dana saham, jika sebaliknya maka ditawarkan reksa dana pasar uang.

Mengukur profil risiko secara mandiri juga bisa. Ilustrasinya, jika Anda sulit tidur setelah membeli saham dan lebih nyaman serta tenang jika mendepositokan uang, kemungkinan besar profil risiko Anda rendah. Tidak perlu memaksakan berinvestasi yang tidak sesuai dengan kecenderungan toleransi risiko kita.

Ketidaktepatan mengukur profil risiko diri dengan gaya berinvestasi dapat berdampak pada persoalan psikologis, seperti stres atau depresi.

Ingat Umur

Masih terkait dengan profil risiko, usia kita juga sebaiknya diselaraskan dengan pengambilan putusan instrumen investasi. Saya tidak men-judge kelompok usia muda-senior pada range tertentu, tapi setidaknya pendapat umum mengatakan usia 40 tahun ke atas masuk kategori senior.

Pada usia tersebut, strategi investasi pun perlu dievaluasi. Investasi dengan risiko tinggi dapat mulai dikurangi lalu dialihkan ke investasi dengan risiko lebih rendah. Jadi, jika risk apetite investor termasuk pengambil risiko, ada baiknya mulai memperbesar portofolio yang lebih aman, sembari tetap memenuhi naluri sebagai risk taker pada instrumen berisiko tetapi dengan porsi yang lebih kecil.

Misalnya, porsi investasi saham dikurangi serta fokus pada saham-saham blue chip yang fluktuasinya relatif kecil dan menambah porsi surat berharga negara atau deposito.

Mengapa umur ini penting? Ya karena pada pencapaian umur tertentu beban tanggung jawab kita semakin banyak, seperti menyekolahkan anak, memenuhi kebutuhan rumah tangga,dll. Selain itu, kesempatan berkarir dan memperoleh penghasilan tinggi bagi sebagian orang makin pendek, karena kian dekat dengan usia pensiun. Penting juga, kondisi kesiapan mental untuk memikul risiko yang mungkin tidak sekuat usia muda.

Tidak bijak rasanya mempertaruhkan hal-hal penting tersebut untuk sekedar memenuhi hasrat berinvestasi pada instrumen berisiko tinggi.      

Jangka Waktu

Selain menyesuaikan profil risiko dan usia, menentukan jangka waktu investasi juga langkah yang perlu diperhatikan. Jika jangka waktunya pendek maka dapat menempatkan dana pada instrumen yang mudah dicairkan (likuid) dan menjanjikan keuntungan, meskipun umumnya kecil. Misal, deposito bulanan atau P2P lending bulanan.

Apabila ditujukan untuk jangka panjang, maka pilihan investasi pada instrumen yang memang memberikan keuntungan dalam jangka waktu lama, misalnya, tanah dan bangunan. Namun, perlu menjadi perhatian bahwa investasi properti dapat berbalik menjadi liabilitas (beban) jika tidak diproduktifkan. 

Tanah dan bangunan yang mangkrak karena tidak dikontrakkan mengharuskan pemiliknya mengeluarkan biaya macam-macam, seperti perawatan, pajak, dll.  

Contoh lain adalah emas. Emas ini merupakan investasi yang harganya cenderung naik dalam jangka panjang. Tentunya sulit melihat keuntungan emas berdasarkan histori data bulanan sebab kenaikannya tidak signifikan. Namun, apabila ditarik data 5-10 tahun, maka akan terlihat konsistensi kenaikan harga emas.    

Baru-baru ini, Pemerintah menawarkan Surat Berharga Negara ritel dengan tenor (jangka waktu) yang lebih bervariasi, dari 2 -- 5 tahun. Umumnya, makin panjang jangka waktunya maka makin tinggi pula return-nya.

Untuk instrumen tertentu, seperti saham, bisa pula digunakan sebagai investasi jangka pendek ataupun jangka panjang. Tergantung bagaimana cara kita berinvestasi pada instrumen tersebut. Jika investor menyasar keuntungan jangka pendek maka dapat melakukan daily trading. Namun, untuk menjadi trader harian, investor perlu memiliki kemampuan analisis teknikal dan ketersediaan cukup waktu guna memantau pergerakan harga setiap saat.

Apabila ditujukan untuk jangka panjang, investor dapat membeli saham-saham dengan fundamental yang bagus, seperti prospek usaha, kondisi keuangan, dll. Strategi tersebut cocok untuk para pekerja yang tidak mempunyai banyak waktu memantau fluktuasi harga.

Itulah beberapa hal yang dapat menjadi pertimbangan memilih investasi yang tepat. Jika masih sulit mengukur profil risiko, tidak merisaukan umur, atau belum menetapkan jangka waktu, maka investor dapat menerapkan strategi baku yaitu "meletakkan telur pada banyak keranjang". Maksudnya, menyebarkan investasi pada berbagai instrumen, dengan karakter risiko, jangka waktu, dan tingkat keuntungan yang berbeda.  

Mungkin sebagian besar dari kita sudah berulangkali mendengar dan membaca poin-poin berinvestasi dalam tulisan ini. Namun, kerapkali kita lupa atau mengabaikannya ketika dihadapkan pada tawaran investasi untung besar dan instan. Untuk itulah, tulisan ini sifatnya hanya pengingat dan berdasarkan pandangan saya pribadi.  

Yang terpenting, mari berinvestasi yang membuat tidur nyenyak, bukan malah nafas sesak.

Semoga bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun