Masih terkait dengan profil risiko, usia kita juga sebaiknya diselaraskan dengan pengambilan putusan instrumen investasi. Saya tidak men-judge kelompok usia muda-senior pada range tertentu, tapi setidaknya pendapat umum mengatakan usia 40 tahun ke atas masuk kategori senior.
Pada usia tersebut, strategi investasi pun perlu dievaluasi. Investasi dengan risiko tinggi dapat mulai dikurangi lalu dialihkan ke investasi dengan risiko lebih rendah. Jadi, jika risk apetite investor termasuk pengambil risiko, ada baiknya mulai memperbesar portofolio yang lebih aman, sembari tetap memenuhi naluri sebagai risk taker pada instrumen berisiko tetapi dengan porsi yang lebih kecil.
Misalnya, porsi investasi saham dikurangi serta fokus pada saham-saham blue chip yang fluktuasinya relatif kecil dan menambah porsi surat berharga negara atau deposito.
Mengapa umur ini penting? Ya karena pada pencapaian umur tertentu beban tanggung jawab kita semakin banyak, seperti menyekolahkan anak, memenuhi kebutuhan rumah tangga,dll. Selain itu, kesempatan berkarir dan memperoleh penghasilan tinggi bagi sebagian orang makin pendek, karena kian dekat dengan usia pensiun. Penting juga, kondisi kesiapan mental untuk memikul risiko yang mungkin tidak sekuat usia muda.
Tidak bijak rasanya mempertaruhkan hal-hal penting tersebut untuk sekedar memenuhi hasrat berinvestasi pada instrumen berisiko tinggi. Â Â Â
Jangka Waktu
Selain menyesuaikan profil risiko dan usia, menentukan jangka waktu investasi juga langkah yang perlu diperhatikan. Jika jangka waktunya pendek maka dapat menempatkan dana pada instrumen yang mudah dicairkan (likuid) dan menjanjikan keuntungan, meskipun umumnya kecil. Misal, deposito bulanan atau P2P lending bulanan.
Apabila ditujukan untuk jangka panjang, maka pilihan investasi pada instrumen yang memang memberikan keuntungan dalam jangka waktu lama, misalnya, tanah dan bangunan. Namun, perlu menjadi perhatian bahwa investasi properti dapat berbalik menjadi liabilitas (beban) jika tidak diproduktifkan.Â
Tanah dan bangunan yang mangkrak karena tidak dikontrakkan mengharuskan pemiliknya mengeluarkan biaya macam-macam, seperti perawatan, pajak, dll. Â
Contoh lain adalah emas. Emas ini merupakan investasi yang harganya cenderung naik dalam jangka panjang. Tentunya sulit melihat keuntungan emas berdasarkan histori data bulanan sebab kenaikannya tidak signifikan. Namun, apabila ditarik data 5-10 tahun, maka akan terlihat konsistensi kenaikan harga emas. Â Â
Baru-baru ini, Pemerintah menawarkan Surat Berharga Negara ritel dengan tenor (jangka waktu) yang lebih bervariasi, dari 2 -- 5 tahun. Umumnya, makin panjang jangka waktunya maka makin tinggi pula return-nya.