Selanjutnya, setelah pipet masuk, jika kita sedot maka air kopi tidak akan keluar. Tekniknya, kita justru harus meniup air kopi melalui pipet. Sedikit demi sedikit air kopi akan keluar dari gelas bagian bawah dan tertampung pada tepi lepek bagian luar. Air kopi yang keluar itulah yang kita seruput.
Rasa Yang Bersahabat
Bagaimana dengan rasanya? karena kopi ini menggunakan biji yang digiling kasar maka citarasa kopinya cenderung tidak pekat (light). Ditambah lagi campuran susu kental secukupnya sehingga membuat rasa kopi lebih pas (tidak terlalu manis dan tidak terlalu pahit). Rasa kopi semacam itu tentunya mudah diterima semua lidah bahkan yang bukan penggemar kopi pun bisa menikmati Kupi Khop.
Warisan Budaya Bernilai
Bagi penggemar kopi biasanya tidak asing dengan cara-cara seduh yang sudah mendunia, sebut saja French Press, Mokapot, V60, dan masih banyak lagi. Cara-cara seduh, yang sebagian besar diperkenalkan negara Barat, menggunakan beragam peralatan tambahan bahkan sekarang sudah berwujud mesin, sepertihalnya mesin espresso. Cara seduh itu pun telah menjadi identitas bangsa penemunya, seperti Mokapot dan Espresso dari Italia.
Berbeda dengan Indonesia, cara penyeduhan umumnya menggunakan perlengkapan sederhana atau bahkan tidak memerlukannya. Sebut saja yang sudah populer yakni kopi tubruk, ada juga kopi klotok, dan ditambahkan lagi, Kupi Khop. Untuk yang terakhir, benar-benar mengandalkan ketrampilan penyeduhnya.
Jadi, Indonesia tidak hanya kaya akan biji-biji kopi berkelas dunia tetapi juga cara seduh yang khas. Cara seduh tersebut dengan sendirinya menjadi salah satu warisan budaya. Para pencinta kopi tanah air pun dapat terus mengangkat kearifan lokal itu sehingga tidak hanya terlestarikan, tetapi juga menjadi suatu identitas bangsa.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H