Mohon tunggu...
Abdul Haris
Abdul Haris Mohon Tunggu... Bankir - Menulis Untuk Berbagi

Berbagi pemikiran lewat tulisan. Bertukar pengetahuan dengan tulisan. Mengurangi lisan menambah tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Anak Membaca, tapi Bukan Buku

11 Juli 2023   08:00 Diperbarui: 11 Juli 2023   08:03 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

Perpustakaan Nasional (Perpusnas) setiap tahun merilis data Tingkat Kegemaran Membaca (TGM) Masyarakat Indonesia. Tahun 2022, skor TGM mencapai 63,9 meningkat dari tahun sebelumnya yaitu 59,2. Menurut Perpusnas, dengan pencapaian itu maka TGM Indonesia masuk dalam kategori tinggi dari sebelumnya sedang. Namun, riset Connecticut University tahun 2016 menunjukkan bahwa minat baca Indonesia berada pada ranking 60 dari 61 negara. Saya belum mendapatkan informasi terbaru mengenai ranking tersebut.

Saya tidak mempersoalkan pencapaian skor atau ranking tersebut. Yang saya perhatikan adalah memaknai aktivitas membaca anak-anak sekarang. Menumbuhkan minat membaca aksara dalam berlembar-lembar halaman di buku pada anak-anak menjadi tantangan yang berat untuk saat ini.

Tampilan visual dalam bentuk video nampaknya lebih menarik bagi mereka. Apabila kita kaitkan makna membaca dengan aktivitas menggali ilmu bermanfaat secara mandiri, menurut saya, dengan menonton konten video literasi pun sudah bisa dimasukkan dalam kategori membaca. Dengan kata lain, terdapat perbedaan media belajar dari buku ke konten namun tetap sama tujuannya yaitu menggali ilmu bermanfaat.

Dampingi Anak selama Belajar

Jika anak-anak masih enggan membaca buku kertas tetapi senang belajar melalui konten-konten video edukasi, menurut saya, orangtua dapat mendukungnya. Yang jelas, orangtua tetap menerapkan pembatasan penggunaan gadget, mengatur waktunya, dan telaten memonitor apa yang anak tonton. Penekanan saya, yang penting anak-anak enjoy dulu dengan aktivitas mencari ilmunya. Dengan cara yang nyaman itu maka proses belajar akan lebih efektif, syukur-syukur kegemaran mengeksplorasi pengetahuan akan terus berlanjut hingga dewasa.

Budayakan Membaca

Saya pribadi termasuk kelompok konvensional yang masih lebih menikmati menyentuh kertas saat membaca ketimbang memandang layar gawai. Kebiasaan membaca saya tumbuh karena faktor kesan awal yang menyenangkan terkait aktivitas tersebut. Hal itu tidak terlepas dari pendekatan jitu Ayah saya yang kerap membelikan komik-komik wayang dan Majalah Bobo ketika saya masih duduk di sekolah dasar.

Pembelajaran yang bisa saya tarik adalah menumbuhkan budaya membaca kepada anak tidak harus memaksanya untuk membaca buku. Biarkan mereka mengeksplorasi ilmu dengan cara yang paling menyenangkan menurut mereka. Anggap saja itu adalah aktivitas membaca gaya baru. Tumbuhkan kesan awal bahwa membaca itu menyenangkan. Orangtua tentu wajib menyediakan waktu untuk terus membimbing cara belajar yang mereka pilih. Sembari, secara bertahap kita ajak mereka mulai mencintai buku.              

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun