Dari contoh kasus-kasus itu, saya melihat dari sisi korbannya. Kurangnya literasi keuangan korban biasanya menjadi alasan utama. Itu benar, tapi menurut saya masih ada faktor lain. Sebagian korban kasus investasi adalah kelompok ekonomi atas, berpendidikan tinggi, atau bahkan berprofesi mentereng. Jadi, sebagian dari mereka umumnya paham mengenai seluk beluk keuangan.Â
Namun, ada kelemahan yang dimanfaatkan pelaku yaitu naluri dasar manusia yang senang dengan keuntungan besar yang diperoleh dengan cepat dan mudah. Naluri tersebut tidak memandang kedudukan orang.
Dari situlah pentingnya orangtua mendidik anak sejak dini. Menanamkan pola pikir bahwa tidak ada sesuatu yang instan untuk hasil yang besar, termasuk dalam keuangan. Tentunya perlu adanya pendekatan dan teknik komunikasi yang tepat untuk menyampaikan nasehat tersebut. Dimulai dengan penanaman pola pikir tersebut maka diharapkan sifat-sifat dasar negatif manusia, seperti keserakahan (greediness), bisa dicegah kemunculannya sejak anak-anak.Â
Dengan tertanggulanginya sifat negatif itu maka di masa depan anak-anak akan memiliki akhlak yang baik dalam memandang uang. Menyikapi uang dengan prinsip enough, gratitude, atau bersyukur terhadap apa yang dimiliki diharapkan menjadi cerminan akhlak mereka saat dewasa.
Uang dan Berbagi
Terakhir, hal yang jangan sampai dilewatkan adalah menyadarkan sekaligus membiasakan anak untuk berbagi atau menolong sesama. Orangtua sejak dini bisa mulai melatih anaknya agar mau menyisihkan sebagian uang untuk kepentingan sosial kemanusiaan. Langkah tersebut setidaknya dapat mengikis sifat-sifat kikir yang bisa dimiliki manusia.
Saya pribadi berpendapat pengelolaan uang bukan sekedar mengumpulkannya, menabungnya, dan menginvestasikannya. Harus ada, perilaku kita untuk menjadikan uang itu mempunyai arti bagi orang lain yang membutuhkan bantuan. Itulah perilaku menghidupkan nilai sosial uang yang selayaknya juga menjadi bagian dalam mendidik anak-anak kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H