Membiasakan anak untuk menabung, meskipun dalam jumlah kecil, secara rutin dapat membentuk kebiasaan menyimpan uangnya di masa depan.Â
Pendekatan tradisional dan sederhana tapi efektif, yaitu menyisihkan uang untuk dimasukkan ke celengan, dapat membantu memudahkan mereka menyimpan uang. Suatu perilaku akan melekat menjadi kebiasaan jika dibarengi dengan kemudahan untuk melakukannya.
Selain menyimpan uang di celengan, sekolah-sekolah dasar saat ini masih mendorong siswa-siswanya untuk menabung secara rutin di sekolah. Itu adalah ajakan yang baik dan oleh karenanya perlu mendapatkan dukungan orangtua. Mulai memperkenalkan anak-anak dengan menabung di bank, melalui pembukaan rekening anak-anak, bisa juga melengkapi usaha membangun perilaku itu.
Saya melihat nilai tambah dari upaya membiasakan menabung ini, selain menyisihkan uang. Melatih anak untuk bisa menahan diri adalah nilai tambah itu.Â
Dalam sebuah penelitian oleh psikolog Walter Mischel dari Stanford University melalui Marshmellow Challenge, anak-anak yang mampu menahan diri untuk menerima atau menikmati suatu penghargaan dalam waktu singkat (instant gratification), peluang meraih kesuksesan hidupnya di masa depan lebih besar ketimbang anak yang mengingkan segalanya instan.Â
Jika dikaitkan dengan kebiasaan menabung, maka anak akan terlatih menahan diri membelanjakan kelebihan uangnya dalam waktu singkat. Mereka akan belajar memikirkan penggunaan uang untuk sesuatu yang lebih bermanfaat di masa depan.
Belakangan kita sering mendengar edukasi dan ajakan investasi untuk kalangan millenial. Menurut saya, usaha itu akan efektif terlaksana jika sejak dini anak-anak sudah mempunyai perilaku memperlakukan uang dengan bijak.Â
Bagaimanapun, investasi merupakan kelas lanjutan dari menabung. Dengan kata lain, investasi yang bijak dilakukan setelah orang memiliki tabungan. Â
Perilaku Menjadi Akhlak
Kebiasaan baik yang berulang akan menjadi perilaku yang baik dan puncaknya terbentuklah akhlak yang baik juga. Adakah kaitannya antara literasi keuangan anak dengan akhlak? Dari sudut pandang saya, ada.
Sedikit mengingat kasus lama, dalam perkara investasi bodong oleh Indra Kenz dan Doni Salmanan tahun lalu, kerugian korban ditaksir mencapai miliaran rupiah. Atau, kasus besar Charles Ponzi dan Bernard Madoff yang menguras dana investor Wall Street hingga milyaran dolar.Â