Mohon tunggu...
Abdul Haris
Abdul Haris Mohon Tunggu... Bankir - Menulis Untuk Berbagi

Berbagi pemikiran lewat tulisan. Bertukar pengetahuan dengan tulisan. Mengurangi lisan menambah tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Money

Puasa Makan Semestinya Juga Puasa Belanja

26 Mei 2018   14:29 Diperbarui: 26 Mei 2018   14:47 342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kenaikan harga barang-barang memasuki bulan Ramadan dan menjelang perayaan Idul Fitri sudah menjadi rutinitas di negeri kita. Makanan jadi atau bahan makanan* merupakan komponen yang paling kerap menunjukkan kenaikan itu.

Menjadi pertanyaan memang, saat mayoritas penduduk Indonesia menjalankan ibadah puasa, yang mengurangi konsumsi makanan, tetapi kenaikan harga atau inflasi malah dipicu dari kelompok ini.

Faktor budaya pastinya, tidak dipungkiri sebagian besar masyarakat cenderung melakukan pembelanjaan makanan yang lebih banyak dari hari-hari biasanya. Hal itu didorong oleh keinginan untuk menjadikan waktu berbuka sebagai perayaan makan besar, makan segalanya sepuasnya.

Coba anda tengok, tempat penjaja makanan, dari pasar tradisional, mini hingga hiper market, warung makan emperan hingga restoran mewah, menjadi lokasi yang paling ramai (khususnya menjelang waktu berbuka). Tempat makan yang biasanya sepi seakan menjadi tujuan kuliner favourite.

Dikarenakan permintaan yang tinggi itu, para pedagang makanan pun dengan sendirinya akan menaikkan harga makanan tertentu. Masyarakat pun sepertinya tidak terlalu merisaukannya.

Sisi baik dari tradisi ini cukup banyak. Perekonomian mampu bergerak lebih cepat. Inilah saatnya para pedagang dapat meraih keuntungan yang lebih tinggi dari waktu-waktu biasanya. Mereka yang tidak biasa berdagang pun dapat memanfaatkan momentum ini untuk mencoba peruntungannya dalam beberapa minggu. Lihat saja, banyak kalangan pelajar dan mahasiswa menjajakan makanan untuk berbuka di jalan. Selain faktor ekonomi, waktu berbuka menjadi momentum untuk berkumpul dengan orang-orang yang kita sayangi, dari keluarga, teman sekantor, alumni, dan lainnya.

Sisi baik itu tentu harus terus dipelihara. Untuk itulah, ada hal-hal penting yang perlu diperhatikan untuk menjaga semangat ramadhan yang membawa kebaikan.

Pertama, membelanjakan makanan special untuk berbuka adalah wajar namun membelanjakannya secara berlebihan sebaiknya tidak dilakukan. Lapar mata menjelang berbuka sudah menjadi hal biasa, di sinilah bagian dari tantangan mereka yang wajib menahan nafsu dari pagi hingga senja. Menahan nafsu tidak berbelanja berlebihan.  

Kedua, kita semua tentu sudah tahu bahwa segala sesuatu yang berlebihan tidaklah baik. Jika ditarik pada perilaku belanja berlebihan, tentu perbuatan itu juga masuk kategori tidak baik. Buat apa belanja makanan berlebihan, toh tubuh kita sudah dirancang mempunyai keterbatasan untuk mengkonsumsi makanan. Bukannya kesehatan yang didapat malah penyakit bakalan menetap. Dari sisi keuangan, tentu perbuatan ini adalah bentuk pemborosan uang yang sudah pasti harus dihindari.          

Ketiga, kenaikan harga pada sector makanan yang berlebihan berpotensi menarik kenaikan harga-harga barang lainnya yang akibatnya akan terjadi inflasi. Jika tidak dikendalikan, inflasi yang melambung tinggi berdampak pada biaya ekonomi tinggi. Masyarakat luas juga yang akhirnya terkena dampaknya. Hidup makin susah ketika segalanya menjadi mahal.

Dari hal-hal itu dapat diambil kesimpulan, dampak dari perilaku berlebihan dalam berbelanja dapat meluas. Tidak hanya pada diri sendiri (factor kesehatan dan keuangan), tetapi juga kondisi yang lebih luas yakni kenaikan harga tak terkendali yang mengantar pada ekonomi biaya tinggi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun