Mohon tunggu...
Abdul Haris
Abdul Haris Mohon Tunggu... Bankir - Menulis Untuk Berbagi

Berbagi pemikiran lewat tulisan. Bertukar pengetahuan dengan tulisan. Mengurangi lisan menambah tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Pembelajaran Modus Kejahatan ATM oleh Bocah Jalanan

28 April 2018   23:52 Diperbarui: 30 April 2018   10:47 2353
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Belakangan ini, viral video dan pemberitaan pencurian uang di ATM dengan modus anak meminta uang kepada nasabah penarik ATM.

Singkatnya, anak tersebut meminta uang dengan satu tangan sembari tangan lainnya memencet tombol nilai nominal. Nasabah tidak menyadari hal itu, yang dia tahu kartu ATM tiba-tiba keluar sebelum dia merasa memencet nilai nominal. Nasabah mengira ATM bermasalah dan bergegas meninggalkannya.

Tanpa sepengetahuannya, ATM masih berproses dan beberapa saat kemudian uang keluar. Anak peminta uang yang masih berada di dekat mesin ATM tadi kemudian mengambil uang yang keluar dari mesin tersebut. Kabar terakhir, anak-anak pelaku sudah tertangkap polisi.

Dari peristiwa itu, ada beberapa hal yang perlu menjadi perhatian.

Modus langka
Saya belum mendapatkan informasi modus sejenis pernah terjadi atau belum. Yang saya tahu, ini merupakan modus langka dan masuk kategori social engineering. Kategori tersebut merupakan pencurian dengan memanfaatkan kelalaian nasabah. Berbeda dengan kasus skimming yang mana pelaku menggunakan seperangkat alat khusus. Jelas sekali dalam video, anak tersebut beraksi dengan mengalihkan perhatian korban (ketika meminta uang) tanpa bantuan alat apapun.

Metode social engineering yang kerap terjadi adalah nasabah yang merasa terhipnotis sehingga menuruti semua perintah pelaku untuk menarik dana.

Aktor intelektual
Tampak di CCTV, pelaku sangat lihai dalam menjalankan aksinya. Hal itu terlihat dari kemampuan dia untuk memecah fokus korban. Pelaku juga terlatih memahami alur kerja ATM, yakni mempertimbangkan ketepatan waktu pengisian nominal dan jenis mesin ATM yang mengeluarkan kartu lebih dahulu sebelum uang.

Tentu, ini bukan sesuatu yang kebetulan. Semuanya seperti sudah direncanakan. Yang menjadi pertanyaan, mungkinkah pelaku yang masih anak-anak itu memang telah mempersiapkan sendiri semuanya dengan matang? Atau, belakangan ini muncul dugaan, ada pihak lain yang mengatur segala sesuatunya dengan memanfaatkan anak-anak tersebut. Jika kemungkinan kedua benar maka menangkap si bocah pelaku saja belumlah menuntaskan perkara ini.

Kenali cara kerja mesin ATM dan kewaspadaan nasabah
Ada 2 macam cara kerja mesin ATM saat mengeluarkan uang, yaitu kartu keluar terlebih dahulu setelah itu uang (biasanya jika nasabah menarik uang sesuai nominal yang ditawarkan pada menu), atau sebaliknya, uang keluar lebih dahulu baru disusul kartu (biasanya jika nasabah mengisi sendiri jumlah nominal).

Pada kategori kedua, biasanya ada menu tawaran untuk melakukan transaksi lain atau mengakhirinya. Kasus pencurian oleh bocah peminta memanfaatkan cara kerja mesin ATM jenis pertama. Sebenarnya, ada keunggulan pada jenis pertama yaitu mengurangi risiko kartu tertinggal atau tertelan mesin.

Dalam hal ini, para nasabah guna melindungi dirinya perlu lebih jeli mengenal cara kerja mesin ATM yang digunakannya. Khususnya, saat menggunakan mesin ATM di luar mesin yang biasa mereka pakai.

Nasabah juga perlu waspada dan berusaha tidak panik ketika ada hal-hal yang tidak lazim terjadi pada saat menggunakan ATM. Sebagai contoh, modus lama, ada orang lain yang sengaja menabrak atau pura-pura minta tolong untuk ditransferkan sejumlah uang.

Walaupun kasus terakhir ini terbilang langka, bukan berarti modus serupa tidak mungkin terulang. Untuk itu, dari hasil proses penyidikan, masyarakat tentu mengharapkan aparat dapat menangkap pelaku utama. Jika kasus ini merupakan sindikat, menangkap aktor utamanya merupakan hal yang krusial untuk mencegah berulangnya kasus serupa.

Selanjutnya, bank kembali diingatkan perlunya memberikan edukasi yang intensif kepada masyarakat mengenai pengamanan transaksi. Di sisi lain, nasabah perlu meningkatkan kewaspadaannya ketika melakukan aktivitas keuangan di ATM.

Untuk kasus kategori social engineering, proses pengembalian hak nasabah (misalnya pengembalian dana) pada umumnya cukup sulit. Hal itu mengingat peristiwa yang terjadi tidak terkait langsung dengan kelemahan sistem di bank, atau dengan kata lain karena adanya unsur kekalalaian nasabah.

Semoga bermanfaat....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun